Demo di Gedung Dewan Probolinggo Memanas, Reda dengan Asmaul Husna

744

Probolinggo (wartabromo.com) – Akhir pekan bukan menjadi jaminan tidak akan ada aksi massa. Buktinya, sekelompok massa berdemo di Kantor DPRD Kota Probolinggo, Minggu, 29 September 2019. Sempat memanas, aksi menuntut pembatalan sejumlah RUU oleh DPR RI ini, menjadi dingin dengan Asmaul Husna.

Mengendarai sepeda motor berbagai jenis, ratusan massa dari berbagai penjuru Kota Probolinggo mendatangi kantor DPRD setempat. Tak lupa poster-poster penolakan terhadap sejumlah RUU yang dibahas oleh DPR RI turut dibawa. Ada juga poster penangkapan unjuk rasa oleh polisi.

Sayang aksi massa di hari libur tersebut, tak mendapat perhatian dari anggota dewan.
Emosi massa tersulut, hingga memaksa masuk ke dalam gedung parlemen.

Baca Juga :   Jalan Penghubung Desa Ditutup Pengusaha, Warga Randuagung Sambat ke Dewan

Usaha itu mendapat hadangan dari pasukan pengendalian massa (Dalmas) Polres Probolinggo Kota. Sehingga terjadilah dorong mendorong antara pendemo dengan polisi.

Di tengah-tengah ketegangan itu, beberapa Polwan cantik berjilbab putih melantunkan Asmaul Husna. Puji-pujian atas kebesaran Sang Khalik tersebut, membuat kedua kelompok menahan diri.

Berhenti saling dorong, seakan tercerahkan akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga meriam air (water cannon) yang dipersiapkan untuk memukul massa urung digunakan.

“Selain itu, kami juga menerjunkan tim negosiator agar kegiatan unjuk rasa dapat berjalan dengan tertib, tanpa emosi dan tetap dengan kepala dingin. Tanpa mengurangi esensi dari aksi tersebut untuk menyampaikan pendapat,” kata Kapolres Probolinggo Kota, AKBP. Ambariyadi Wijaya.

Baca Juga :   Sengketa Lahan, Warga Desa Pandanwangi Demo Pemkab Lumajang

Aksi demo di depan gedung parlemen itu, sedianya simulasi pengamanan unjuk rasa.

Polisi melatih kemampuan agar semakin terasah dan siap siaga setiap saat. Tidak berbuat di luar standar operasional (SOP) yang sudah ditetapkan. Apalagi, dalam beberapa unjuk rasa diberbagai daerah, polisi mendapat sorotan karena adanya korban jiwa.

“Agar kegiatan penyampaian pendapat tetap mengedepankan ketertiban, tidak anarkis, dan tidak mengganggu aktivitas masyarakat lainnya. Mangga Manis (Aman, Terjaga, Nyaman dan Humanis),” ujar pria asal Banyuwangi itu. (lai/ono)