Kak Seto Beri Usulan ke Nadiem, Sekolah Cukup Tiga Hari Sepekan

931

Jakarta (WartaBromo.com) – Seto Mulyadi, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) urun rembuk soal pendidikan dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Ia mengusulkan sekolah cukup tiga hari saja dalam seminggu.

Usulan ini diungkapkan Kak Seto –sapaan akrabnya- pada Nadiem Makarim saat kurikulum baru sedang dirancang. Sekolah tiga hari ini kata Kak Seto sudah diterapkannya di homescholling miliknya di Tangerang Selatan.

“Nah kami sudah membuat percobaan sekolah selama 13 tahun ini. Sekolah seminggu hanya tiga kali. Per hari hanya tiga jam,” ujarnya, Rabu (4/12/2019) dinukil dari Kompas.

Waktu tersebut kata Kak Seto sangat efektif untuk anak dalam menyerap ilmu pengetahuan. Anak yang bersekolah hanya 3 hari dalam seminggu terbukti lulus dengan memuaskan, karena dia senang saat sekolah.

Baca Juga :   Tangisan dan Keluh Kesah Kepala Sekolah SDN Gentong ke Nadiem

“Begitu tanya, anak-anak senang enggak sekolah di sini?, Seneng banget pak. Itu yang penting. Kalau zaman now begitu dengar, anak-anak hari ini guru mau rapat. Horeee bebas dari penjara rasanya,” lanjutnya.

Pria berkaca mata ini kemudian mengungkapkan anak didiknya yang berhasil lulus dengan predikat baik meski waktu di sekolah terbilang singkat. Salah satunya yang menjadi contoh, yakni anak dari artis Dewi Yul.

“Lulusannya yang masuk Kedokteran ada di UI, Gajah Mada, dan Undip. Kemudian USU dan Unhas. ITB IPB ada. Ada yang tuna rungu, putranya Mbak Dewi Yull lulus diundang ratu Elizabeth di London karena mampu memotivasi sesama tuna rungu,” ceritanya.

Baca Juga :   Evaluasi Bagus, Kini Ada 874 Lembaga di Probolinggo Gelar PTM

Selama bersekolah itu, pendidik memberikan pekerjaan rumah yang bisa melatih kreativitas anak. Tak hanya itu, sekolah selama 3 jam dan 3 hari dalam seminggu ini bisa membuat anak lebih dekat dengan keluarga. Saat momen inilah, minat dan bakat anak bisa digali.

“Nah ini yang saya harapkan idenya Mas Menteri baru. Pokoknya gaya (kurikulum) milenial,” tutup Kak Seto. (may/ono)