Perceraian di Jatim Tinggi, BKKBN Singgung Kelompok Milenial Begini

1111

Pasuruan (wartabromo.com) – Gegara perilaku negatif jadi pemicu banyaknya perceraian rumah tangga di Jawa Timur tinggi. Perencanaan perkawinan hingga peran seluruh stakeholder dibutuhkan agar perceraian dapat ditekan.

“Fenomena akhir-akhir ini, perceraian di Jawa Timur masih tinggi,” tutur Yenrizal Makmur, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Jawa Timur, kemarin.

Malah, meski tak menyebut angka, perceraian di Jawa Timur saat ini diakui terdapat tren peningkatan. Hanya berbagai sumber mencatat, sedikitnya terdapat 121 ribu perceraian terjadi di Jawa Timur.

Sejumlah faktor pemicu diungkapkan lebih pada tingginya pernikahan dini, selain adanya seks di luar nikah.

Belum lagi dari rangkumannya, masih marak adanya penggunaan Narkoba di kalangan remaja, tak terkecuali bagi remaja yang telah menjadi pasangan suami istri.

Baca Juga :   Makam Bayi Gemparkan Warga Leces, Hingga Klarifikasi Video Viral Pidato Cawali Teno | Koran Online 3 Okt

Menurutnya BKKBN, Kemenag, Dinkes, atau bahkan pihak lain seperti psikolog, sepatutnya memberikan perhatian, bersama-sama bekerja agar remaja di Jawa Timur dapat merencanakan perkawinannya.

Pemahaman dan pendidikan bagaimana membina berkeluarga dengan baik penting dibekalkan kepada kelompok mileneal maupun remaja masa kini.

“Dan ini harus kita antisipasi, bagaimana generasi muda kita ini mempunyai keyakinan untuk merencanakan pendidikan berkeluarga dengan baik,” tandas Yenrizal.

Agar terbebas dari hal negatif yang bisa merusak masa depan remaja, menurutnya terdapat 3 hal negatif yang harus dijauhi oleh generasi milenial saat ini. Tiga hal itu adalah pergaulan bebas, narkoba, dan seks di luar nikah.

Dikutip dari berbagai sumber, Khofifah, Gubernur Jawa Timur mengungkapkan, tingginya angka perceraian di Jawa Timur lebih disebabkan faktor pihak ketiga.

Baca Juga :   Koran Online 16 Ags : Pembantu Sekap Majikan yang Dicintainya, hingga Viral Video Tawuran Mahasiswa Papua di Malang

Hal cukup memperihatinkan kemudian diungkapkan, suami/istri dengan profesi guru, posisi catatannya cukup dominan, termasuk dalam pihak yang banyak bercerai.

“PR kita bersama, angka perceraian di Jawa Timur yang tertinggi. Penyebab perceraian di Jawa Timur karena tidak harmonis, bukan karena faktor ekonomi tapi ada wanita idaman lain,” kata Khofifah dalam acara Konsolidasi Perencanaan dan Penganggaran BKKBN di Surabaya, awal pekan lalu. (don/ono)