Bebas Karena Corona, Puluhan Napi Lapas Kota Probolinggo Sujud Syukur

2173

Mayangan (wartabromo.com) – Puluhan warga binaan Lapas Kelas IIB Kota Probolinggo, mendapat kebebasan. Napi yang bebas inipun, sujud syukur, sebagai tanda kebahagiaan.

Haru dan tak kuasa menahan kebahagiaan, puluhan napi dari latar belakang berbagai kasus pidana ini, langsung sujud syukur. Sebelumnya, pemerintah mengumumkan pembebasan untuk para napi dan warga binaan di lapas.

Gurat haru dan kebahagiaan, salah satunya ditunjukkan Syaiful Hadi. Lelaki asal Kelurahan Kedungasem, Wonoasih, Kota Probolinggo ini tak kuasa menahan bahagia dan haru. Ketika diperbolehkan pulang. Meninggalkan dinginnya lantai penjara dan kembali berkumpul bersama keluarga.

“Memang ini bencana dunia, tapi ada barokah bagi kami. Saya sangat menyesal, pernah masuk penjara,” tuturnya, Jumat (3/4/2020).

Baca Juga :   Gagal Curi Motor, Dua Warga Ranuyoso Babak Belur

Hadi mejadi warga binaan Lapas Kelas IIB Kota Probolinggo, setelah tersandung tindak pidana penggelapan.

“Satu lagi pesan saya, jangan pernah berurusan dengan hukum, apalagi sampai masuk penjara. Ibaratnya neraka dunia,” sebutnya, sembari menahan haru.

Plt. Lapas Kelas IIB Kota Probolinggo, Mali Jumali menyebut, pembebasan hari ini, merupakan kali ketiganya. Gelombang pertama pembebasan napi, pada 1 April lalu. Ada 25 napi yang dibebaskan, mayoritas berasal dari kasus narkoba. Mali menyebut, napi narkoba itu sebelumnya sudah mendapat surat keterangan integrasi.

Lalu pada pembebasan hari kedua, ada 21 napi yang dibebaskan. Selanjutnya hari ini, atau pembebasan ketiga, ada 28 napi yang mendapat kebebasan.

“Pelaksanaan sampai tangal 7 April nanti, targetnya sampai sekitar 123 napi yang akan dibebaskan. Sesuai ketentuan dari kementerian kami,” ujar Mali.

Baca Juga :   Diduga Langgar Kode Etik, Tiga PPK Dalam Investigasi KPU

Pembebasan para napi ini, merupakan salah satu mandat dari pusat. Berkaitan dengan meluasnya wabah virus corona. Dimana salah satu protokol pencegahannya, dilarang berkumpul atau mengumpulkan massa dalam jumlah banyak. “Jadi bukan karena overload,” tegasnya. (lai/saw)