Cerita Tantri saat Jalani Swab: Isolasi Mandiri, Akui Berat Pisah dengan Anak dan Suami

7460

Probolinggo (wartabromo.com) – Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari sempat alami sesak dada setelah jalani tes swab. Ia pun mengisolasi mandiri, berpisah dari suami dan tiga anaknya.

Bupati yang biasa dipanggil Tantri itu menuturkan, jika dirinya melakukan swab mandiri pada awal Maret lalu, setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus infeksi Covid-19 pertama di Indonesia.

Waktu itu berita Covid menghiasi media massa, meski di Probolinggo, belum ada kasus infeksi.

“Saya (tipikal, Red) orang ingin tahu. Bukan tidak mau tahu ketika takut (akan penyakit). Makanya saya, pada suatu siang di bulan Maret, nekat menjalani tes Swab mandiri di RS Unair Surabaya,” tutur Bupati Probolinggo 2 periode tersebut.

Keputusan swab ke Surabaya itu dilakukan dengan pertimbangan, dirinya sempat bepergian ke Jakarta dan beberapa waktu berada di daerah pandemik itu.

“Padahal tanpa gejala. Saya berangkat sendirian tanpa ditemani Bapak (Hasan Aminuddin, suaminya). Karena Bapak itu, tipikal takut berurusan dengan jarum suntik, kalau ndak dipaksa gak mau periksa kesehatan,” akunya.

Di rumah sakit, Tantri merasakan suasana yang mencekam, seakan ada perang dunia ketiga. Petugas medis berjejer, dengan alat pelindung diri (APD) lengkap. Ia kemudian menjalani tes swab dengan perasaan was-was.

Baca Juga :   Korban Abu Panas Berjatuhan, hingga Ningsih Tinampi Bongkar Metode Pengobatannya | Koran Online 14 Okt

Usai spesimen swab diambil, ibu tiga anak itu berkonsultasi ke dokter paru. Kepada dokter, ia bercerita jujur riwayat perjalanannya. Termasuk dari Jakarta, lima hari sebelum memutuskan tes swab mandiri.

“Apa yang bikin down? Saya konsul ke dokter paru. Pesannya, hasil swab bukan jamin ibu free (bebas) dari virus corona. Karena tes dilakukan sekarang. Pasca ini, tidak ada jaminan ibu tidak tertular,” terangnya menirukan pesan dokter.

Alumni SMA 2 Ponorogo itu pun langsung pulang ke rumah dinas/Pendopo Bupati Probolinggo di Jalan Ahmad Yani nomor 23, Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo.

Ia sengaja tak ke rumahnya yang berada di Jalan Ahmad Yani nomor 9, yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari pendopo.

Untuk melindungi keluarga, Bupati Tantriana memutuskan isolasi mandiri di rumah dinas. Sambil menunggu hasil swab keluar. Sementara tiga anaknya, ditinggal di rumah pribadi bupati, tak jauh dari rumah dinas.

Baca Juga :   Sering Overthinking? Bisa Jadi Anda Terkena Penyakit ini

“Tidak pulang ke rumah, langsung ke pendopo. Langsung mandi dan seluruh baju yang dipakai, dicuci. Selama tiga hari, saya tidur sendiri di pendopo. Di kamar lain, bukan di kamar yang biasa dipakai.  Ditemani seorang ajudan perempuan di ruang terpisah. Makanan dikirim, nyuci sendiri, alat makan sendiri selama 3 hari,” ungkap Bupati Tantri.

Ia menuturkan selama 3 hari menunggu hasil swab keluar, itu memberi tekanan luar biasa. Ia seolah merasa telah terinfeksi virus. Apalagi, ia sempat merasakan sesak dada dan sulit bernapas.

“Dua anak saya (kedua dan ketiga, Red) sampai nangis saat video call. Dua putera saya yang masih kecil menduga saya sakit, terinfeksi Covid 19. Mama, sakit ya,” kata Tantri sambil mengenang video call dengan putranya.

Tapi, ‘penderitaan’ itu berakhir ketika hasil tes swab dari RS Unair datang. Apalagi hasilnya dinyatakan negatif. Kehidupannya kembali seperti semula. Tanpa tekanan batin. Berkumpul bersama keluarga dan ketiga anaknya.

Berdasarkan pengalaman pribadi itu, Bupati Tantriana Sari meminta masyarakat tak memberi stigma negatif terhadap warga yang terinfeksi Covid-19. Sebab menurutnya, lebih parah sakit psikis dari fisik.

Baca Juga :   Bendera Merah Putih Mengular di Mapolres Probolinggo

“Ini (tekanan batin/psikis) tambah parah jika ada stigma masyarakat. Virusnya yang dihindari, bukan orangnya,” pintanya.

Pengalaman pribadi itu diungkapkan Tantri pada Senin, 18 Mei 2020 usai video call bersama Abdul Hadi, salah satu pasien Covid-19 asal Desa Bayeman, Kecamatan Tongas.

Pegawai kesehatan itu, sudah dinyatakan sembuh. Namun, penuturan pasien tersebut membuat Bupati Probolinggo Tantriana Sari, membuatnya syok dengan stigma masyarakat.

“Saya hanya meminta masyarakat untuk tidak men-stigma negatif kepada kami yang pernah dinyatakan mengidap penyakit ini. Kami sendiri baik-baik saja. Hanya itu yang kami pinta kepada masyarakat,” ujar Abdul Hadi waktu video call.

Hingga kini, Covid-19 menginfeksi 44 warga Kabupaten Probolinggo. Dari jumlah tersebut, 13 orang di antaranya sembuh. Masyarakat diminta untuk menjaga jarak dan memakai masker. Supaya tidak tertular virus yang mengemuka awal dari Wuhan, China, hingga menjadi pandemi global ini. (saw/ono)