Harga Anjlok, Petani Tomat Probolinggo Bagikan Hasil Panen

2002

Probolinggo (wartabromo.com) – Tak hanya hasil panen tembakau dan kubis, harga tomat di Probolinggo juga terjun bebas. Petani pun memilih membagikan hasil panen pada warga yang melintas di jalan.

Seperti yang dilakukan oleh petani tomat di Kelurahan Kedungasem, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo. Mereka mempersilakan warga yang melintas di jalan dekat sawah untuk memetik buah tomat. Pasalnya harga di tingkat petani hanya dihargai Rp600 per kilogram.

“Harga sempat jatuh sampai Rp300 per kilogram pada awal Agustus lalu. Anjloknya harga tomat ini, sudah terjadi sejak sebulan terakhir,” tutur Bambang Hermanto, salah satu petani tomat pada Rabu, 16 September 2020.

Biasanya harga tomat, menurut Bambang berkisar antara Rp7.000 sampai Rp10.000 per kilogram. Dengan harga saat ini, petani alami kerugian Rp1.500 per kilogram dari biaya tanam. Jika dihitung, dirinya mengalami kerugian sekitar Rp3.450.000 per hektare.

Baca Juga :   Koran Online 20 Juli : Bromo Erupsi Pasca Kasada, hingga BPK Sebut Pemkot Pasuruan Tak Patuh Karena Banyak Proyek Bermasalah

Hasil panen yang melimpah kemudian dibagikan pada warga dan pengguna jalan yang melintas, di sekitar kampung. Sebagian petani juga memilih untuk membiarkan tomat membusuk di pohon. Karena murahnya harga jual tomat saat ini. “Ya mau bagaimana lagi, pasar harganya sekian, kami tidak berdaya,” katanya pasrah.

Ia menduga rendahnya harga jual itu, disebabkan karena melimpahnya stok tomat di kawasan Probolinggo.  Biasanya, saat stok melimpah seperti saat ini, petani bisa menjual sampai ke luar daerah, bahkan sampai ibukota Jakarta.
“Namun karena masa pandemi Covid-19, pengiriman tidak bisa dilakukan. Lantaran para pembeli di kota besar banyak yang tutup. Serta tidak menerima pengiriman dari daerah penghasil tomat,” tandas Bambang.

Baca Juga :   Koran Online 4 Sept: Kelas BPJS Kesehatan yang Dipastikan Naik 100 Persen hingga Tewas hingga Sindikat Bisnis “Money Games” Tipu Banyak Korban

Rini Widawati, penyuluh pertanian Kecamatan Wonoasih, menyebut rendahnya harga tomat saat ini dikarena stok melimpah. Hasil panen juga melimpah dengan kualitas prima. Namun tak terserap pasar karena lagi panen raya.

Pihaknya, kata Rini, terus mendampingi petani. Salah satu jalan keluar yang tengah diusulkan adalah bekerjasama dengan pabrik pengolahan saos tomat. “Ini bisa juga dicoba ya, tapi kami masih melihat stabilitas hasil panen petani. Sebab jika sudah kerjasama, harus stabil dan bisa memenuhi permintaan pabrik,” terangnya.

Petani tomat di Probolinggo berharap, ada campur tangan pemerintah untuk menstabilkan kembali harga. Setidaknya bisa memfasilitasi penjualan sampai ke luar kota di tengah pandemi Covid-19. (lai/saw)