Kisah Cinta Shohibul Busthomi

1260

Bahkan belakangan hubungan mereka juga makin berkembang. Shohib sering menjemput Anita ke kontrakannya. Begitu pula sebaliknya, Anita sering menjemput Shohib ke kosnya.
Yang paling sering diceritakan Anita adalah soal rumah tangga sahabatnya yang bernama Lina. Dari cerita yang didengar Shohib, Lina memiliki suami tua, tolol, mudah mengamuk jika keinginannya tak terkabul, tetapi kaya raya. Suami Lina ini memiliki kebiasaan menyeduh susu bubuk sebelum tidur. Dan karena satu pertengkaran hebat serta ditambah hal-hal lainnya, suatu malam Lina benar-benar jengkel kepada suaminya.
“Waktu itu Lina minggat dari rumah. Tapi sebelum pergi, ia mengganti isi kaleng susu bubuk itu dengan bedak,” kata Anita.
“Dan suaminya menyeduh bedak?”
“Ya. Muntah-muntah. Lalu menelepon Lina dan menyumpahi istrinya itu dikutuk jadi biawak. Kau harus dengar sendiri bagaimana Lina menirukan sumpah serapah suaminya. Sumpah itu lucu sekali,” kata Anita lantas terbahak.
Melihat Anita tertawa lepas, Shohib rasanya benar-benar jatuh cinta pada perempuan itu. Pikirannya langsung membayangkan jika kelak menikah dengan Anita, hari-harinya pasti akan dipenuhi tawa.

Baca Juga :   Rasan-rasan Rp2,96 M, Uang Setiyono yang Disebut KPK

“Boleh tanya?” kata Shohib.
“Silahkan. Serius sekali sepertinya,” jawab Anita.
“Sudah berapa kali pacaran?”
“Belum pernah. Hanya dekat saja. Belum ada yang cocok.”
“Kalau denganku bagaimana? Cocok?”
Anita hanya melempar senyuman kepada Shohib. Menurut tangkapan mata Shohib, itu adalah senyuman paling manis sepanjang sejarah umat manusia.
***
“Besok ada pameran seni rupa di Pasar Minggu. Kalau tidak keliru mulai jam 7 malam,” tulis Shohib melalui WhatsApp kepada Anita.
“Boleh. Langsung ketemu lokasi ya?” balas Anita.
“Siap. Aku besok dari Stasiun Cikini jam 5 sore.”
“Eh, omong-omong Lina mau ikut.”
“Sekalian sama suaminya?”
“Hahahaha…. Mbahmu!”
Tepat pada pukul 18.34, Shohib sudah tiba di halaman parkir lokasi pameran. Mobil dan sepeda motor mulai berdatangan.

Baca Juga :   Agresi Dangdut Ngeres

Dari jauh, tampak Anita mengenakan kaos berwarna putih dan bercelana pendek melambaikan tangan padanya. Anita bersama seorang perempuan dengan rambut dikepang berwarna hijau. Mungkin itu Lina.
“Ngopi dulu?”
“Hari ini aku sudah habis 4 gelas kopi.”
“Oh iya, ini kenalkan sahabatku, Lina. Yang sering kuceritakan itu lho.”
“Halo. Saya Shohib. Anita sering sekali menceritakanmu,” kata Shohib sambil mengulurkan kepada Lina.

Mereka bertiga lantas segera masuk ke gedung pameran. Pameran ini adalah pameran 2 perupa asal Jerman yang kebetulan sedang melakukan studi di Indonesia. Ada sekitar 20 karya yang dipajang dengan rincian 15 lukisan dan 5 instalasi.

Shohib berkeliling mengamati tiap-tiap lukisan, menginterpretasi apa yang hendak diungkapkan perupa, sementara Anita dan Lina terlihat cekikikan sambil sibuk berswafoto. Saat berkeliling gedung pameran itu Shohib tidak sadar kalau kunci kamar kosnya terjatuh.

Baca Juga :   Jihad Ngelus Dodo

Anita yang melihat kunci jatuh itu langsung mengambil dan menyimpannya di dalam tas. Ia membisikkan kepada Shohib kalau kunci kamar kosnya terjatuh dan sudah ia ambil dan sekarang ada di dalam tasnya. Shohib hanya mengangguk sambil mengamati lukisan.
Pukul 20.26 mereka pulang dan berpisah di halaman parkir.

Anita dan Lina naik sepeda motor mengambil jalan ke arah Universitas Nasional, sedangkan Shohib jalan kaki menuju Stasiun Pasar Minggu.
Sesampainya di stasiun, Shohib baru sadar bahwa kunci kamar kosnya yang tadi terjatuh dan diamankan Anita belum diberikan padanya. Ia segera menghubungi Anita, tetapi tak direspon. Telepon berkali-kali tak ada jawaban. Akhirnya ia memesan ojek online menuju kontrakan Anita.