Pasuruan (WartaBromo.com) – Kabupaten Pasuruan memiliki banyak situs bersejarah yang bertebaran di berbagai tempat. Salah satunya, Candi Gununggangsir di Kecamatan Beji.
Sayangnya, belum banyak referensi yang memberi penjelasan secara utuh riwayat pembanhinan candi yang kontruksinya terbuat dari batu bata itu.
Berdasar data dari Perpustakaan Nasional (Perpunas), candi ini dibangun sebagai penghormatan kepada Nyi Sri Gati yang oleh warga setempat dijuluki sebagai Mbok Rondo Derma (janda murah hati).
Nyi Sri Gati dinilai berjasa karena berhasil membangun sistem pertanian di Gununggangsir dan mengajarkan masyarakat bercocok tanam.
Masih menurut sumber yang sama, pada mulanya, masyarakat sekitar menjadikan rerumputan sebagai makanan pokok mereka. Hingga kemudian, karena suatu hal, persediaan makanan mereka menipis.
Lalu datanglah Nyi Sri Gati yang memimpin warga untuk berdoa kepada Hyang Widi. Tak lama kemudian datanglah burung yang membawa padi-padian dan menjatuhkannya di sekitar permukiman.
Oleh warga, padi tersebut kemudian ditanam, hingga beberapa bulan kemudian dipanen untuk dijadikan beras. Nah, Nyi Sri Gati-lah yang mengajarkan warga untuk bercocok tanam.
Versi lain, dikutip dari website perpusnas, bahwa Candi Gununggangsir merupakan peninggalan pada masa Kerajaan Airlangga pada abad XI. Namun ada yang menyebutkan dibangun jauh sebelum pemerintahan kerajaan Singasari.
Keunikan dari candi ini adalah bahan penyusunnya dari batu bata, bukan batu andesit, seperti candi-candi lain.
Salah satu foto dengan tarikh 1890 (koleksi Universiteit Leiden), menunjukkan bangunan Candi Gununggangsir masih belum bersih seperti sekarang ini.
Dari foto tersebut menunjukkan kondisi sekitar candi masih banyak ditumbuhi tanaman dan pohon yang menghalangi bangunan candi (koleksi digital Universiteit Leiden).
Selain itu, banyak pohon singkong yang tumbuh di sekitar bangunan candi. Tidak disebutkan secara pasti, apakah singkong tersebut tumbuh liar atau ditanam oleh warga di sekitar candi. Juga terlihat bangunan candi yang tidak utuh, batu batanya banyak yang tidak tertata dengan rapi.
Dalam foto yang lebih lama, antara tahun 1852-1856 atau sebelum itu, sebuah ilustrasi tentang Candi Gununggangsir, terlihat Di sebelah kanan, seorang pria duduk dari belakang di depan reruntuhan candi.
Tampak bagian atas candi sudah kehilangan bentuk aslinya. Beberapa batu bata terlepas entah kemana. Bagian depan candi juga tidak utuh, tangga menuju Candi terlihat terhalang bata yang berserakan (koleksi www.collectienederland.nl).
Foto lain juga menunjukkan kondisi Candi Gununggangsir antara tahun 1941-1953. Kondisinya tidak jauh berubah dari tahun-tahun sebelumnya.
Meskipun sudah cukup bersih dari tumbuhan liar di sekitar candi, tapi masih ada Pohon besar di depan sebelah kiri candi. Kemungkinan pohon beringin.
Kerusakan berat terjadi pada masa penjajahan Jepang. Kala itu, tentara Jepang membutuhkan dana besar untuk membiayai militer, maka dari itu, hiasan-hiasan candi banyak yang dijual di pasar gelap.
Candi Gunung Gununggangsir tidak pernah dipugar secara menyeluruh. Tapi secara umum, kondisi bangunan candi masih kokoh berdiri.
Tercatat beberapa kali Candi Gunungsari dipugar, diantaranya tahun 2007, oleh BP3 Jawa Timur, melakukan pemugaran tahap IV. Tahap V dilakukan pada tahun 2005, juga oleh BP3 Jawa Timur.