Terungkap! Ini Penyebab Dentuman Misterius di Malang hingga Pasuruan

1335

 

Malang (WartaBromo.com) – Suara dentuman misterius di Malang terungkap. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Malang menyebut suara tersebut berasal dari petir.

“Dentuman yang didengar warga Malang disebabkan oleh thunderstorm alias petir. Fenomena itu merupakan hal yang biasa terjadi,” ungkap Daryono, Kepala BMKG Malang seperti dilansir dari Kompas.

Hasil ini didapatkan setelah BMKG melakukan monitoring selama Rabu (03/02/2021). Jawa Timur kata Daryono sedang terjadi hujan dan petir. Termasuk pada sekira pukul 00.00 WIB, saat dentuman misterius terdengar.

“Memang ada beberapa daerah di Jatim yang dilanda hujan disertai petir pada Rabu (3/2/2021) dini hari. Hal itu menyebabkan dentuman di beberapa daerah,” lanjutnya.

Baca Juga :   Yeay! Pusat Kesejahteraan Sosial Anak Kota Pasuruan Akhirnya Punya Markas

Daryono kemudian merinci beberapa daerah yang terjadi petir. “Sekitar menjelang jam 12 malam atau 00.00 WIB dini hari (Rabu) itu terpantau banyak aktivitas petir di Malang dan sekitarnya. Selanjutnya juga ada petir di Bangil (Kabupaten Pasuruan) dan Mojokerto. Di Lawang sebelah utara (Kabupaten Malang) ada data petir sebelum pukul 02.00 WIB. Setelah itu di Kota Malang juga tercacat ada petir pukul 03.00 WIB,” terangnya.

Selain petir, Daryono sempat menyebut jika banyak penyebab dentuman terjadi. Seperti shockwave meteorit, shockwave gunung api, shockwave pesawat supersonik, bahan peledak, longsoran tanah dalam skala luas, aktivitas gempa sangat dangkal, dan aktivitas thunderstorm atau petir.

Maka dari itu Daryono meminta warga tak menghubungkan dentuman misterius dengan hal supranatural.

Baca Juga :   Tangisan dan Keluh Kesah Kepala Sekolah SDN Gentong ke Nadiem

“Fenomena dentuman di Malang adalah petir dan terbukti dengan data monitoring petir,” tandasnya.

Sebelumnya BMKG Pasuruan sempat mengatakan hal serupa. Ia mengungkap saat kejadian berlangsung, banyak petir yang terjadi. Namun tidak bisa memastikan asal dentuman, karena banyaknya jumlah petir. (may/ono)