Penipuan Modus Pesan Online Marak di Probolinggo

1958

Mayangan (wartarbomo.com) – Aksi penipuan dengan modus beli online, belakangan marak di Kota Probolinggo. Korban rata-rata merupakan penjual makanan, yang memanfaatkan kanal penjualan secara online.

Seorang pemilik toko roti menceritakan pengalaman menjadi korban penipuan. Mula-mula pelaku menelepon, memesan sejumlah roti, untuk acara buka bersama dengan anak yatim piatu.

Pelaku berdalih, tidak bisa mengambil langsung barang pesanan itu. Transaksi pembayaran dilakukan dengan mekanisme transfer.

“Minta nomor rekening ya saya kasih. Lalu tak lama berselang, si pemesan ini mengirimkan bukti transfer. Tapi jumlahnya, lebih banyak dari jumlah pembelian yang harusnya terjadi,” kata Tarie, pemilik toko roti, Kamis (15/4/2021).

Dalam transaksi tersebut, si pemesan hanya perlu membayar uang roti sebanyak Rp63 ribu. Namun dalam bukti transfer yang dikirim, mencapai Rp630 ribu. Dari situlah, si pelaku kembali menghubungi Tarie, mengatakan ada kelebihan uang yang ditransfernya.

“Karena saat itu pesanan sedang banyak dan sibuk sekali, saya tidak sempat memeriksa transaksi itu di m-banking. Sehingga mengiyakan saja, saat dia (pelaku) meminta uang kelebihan transfer itu, dalam bentuk tunai,” jelasnya.

Baca Juga :   Mobil Taruna “Terbang” Tabrak Warung Pangsit hingga Harga Vaksinasi Covid-19 Mandiri | Koran Online 18 Mei

Kelebihan uang transfer, oleh pelaku diminta untuk dititipkan pada driver ojek online untuk mengantar pesanan itu ke panti asuhan. “Sempat mau saya refund, tapi tidak mau. Ngotot minta diberikan pada driver saja,” imbuhnya.

Tanpa menaruh curiga, Tarie memberikan pesanan tadi, beserta uang tunai yang disebut sebagai kelebihan transfer. Jumlahnya sekitar Rp500 ribu. Tak lama berselang, muncul order semacam itu juga. Dengan nominal transfer ke rekening miliknya dengan jumlah yang sama.

Saat itu dirinya sudah menyiapkan pesanan yang ada. Bahkan pemesan sudah menghubungi driver ojol untuk menjemput pesanan tersebut. Namun, pada transaksi kedua ini, driver ojol mengingatkan agar dirinya mengecek terlebih dahulu, transaksi itu ada atau tidak, di mobile banking miliknya.

Setelah dicek, ternyata tidak ada transaksi pembayaran pesanan. Dari situ, Tarie kemudian menyadari, jika transaksi yang pertama tadi pun tidak ada.

Sejauh ini, Tarie masih belum melaporkan kejadian itu ke pihak kepolisian. Tapi dirinya berpesan agar pemilik usaha makanan, baik resto maupun kedai, agar berhati-hati. Terutama jika ada pesanan dengan modus kelebihan transfer ini.

Baca Juga :   Asmara Melatarbelakangi Pembunuhan di Wonomerto, Dipicu Unggahan TikTok

Ia berpesan agar melakukan kroscek, memastikan ada pembayaran pesanan ke rekening, jika memang bertransaksi melalui online.

Salah satu driver ojol di Probolinggo, Tommy mengungkapkan, aksi tipu-tipu dengan modus beli dan transfer uang lebih itu belakangan marak di Probolinggo. “Di sini ada beberapa kejadian sebelum ini. Ternyata juga terjadi di luar kota, seperti Situbondo dan Pasuruan,” katanya.

Atas order kedua yang menimpa Tarie, Tommy mengakui dirinya yang menyarankan agar si pemilik toko roti itu melakukan kroscek ke rekening.

“Karena sudah pernah kejadian serupa, kerugian pemilik mencapai dua jutaan. Yang ikut disalahkan dan mendapat predikat buruk, tak lain adalah kami. Padahal kami driver, tidak ada sangkut pautnya dengan praktik tersebut,” jelasnya.

Tommy bilang, dalam modus penipuan tersebut, driver ditelepon oleh pemesan. Menggunakan layanan ekspres (atau hanya menjemput dan mengantar pesanan saja, red), untuk mengambil pesanan dan diantar ke panti asuhan.

Baca Juga :   Koran Online 7 Des : KPK Panggil Pemilik Hotel Horison, hingga Listrik di Kota Pasuruan Akan Dipadamkan

Sesampai di panti asuhan, driver pasti diminta untuk memotret barang pesanan itu. Lalu mengirim fotonya ke pemesan. Dari situlah, pemesan kembali memandu driver ini, untuk mengirim uang kelebihan transfer tadi.

“Dari semua kejadian, caranya sama. Kami diminta untuk mengirim melalui setor tunai di bank tertentu. Jadi tidak mau ditransfer melalui sesama rekening. Maunya hanya transfer melalui setor tunai itu saja,” tutur Tommy.

Atas kejadian itu Tommy bersama salah satu korban, sempat mendatangi pihak bank, bermaksud membekukan rekening pelaku. Namun karena transfer yang dilakukan melalui metode setor tunai, pembekuan itu tidak bisa dilakukan.

Karena itulah, masyarakat diminta untuk berhati-hati dalam transaksi melalui online. Sehingga kejadian serupa tidak terjadi kembali.

Saat menghubungi korbannya, pelaku menggunakan nomor baru, dengan foto profil berbagai macam kalangan. Mulai foto seorang polwan, sampai pegawai swasta. (lai/saw/ono)

Simak videonya: