Ini Orang-Orang yang Dirindukan Surga, Siapa Saja?

1016

Pasuruan (WartaBromo.com) – Surga adalah puncak kenikmatan yang abadi dan dirindukan setiap manusia. Ternyata, sebagai tempat yang begitu dirindukan surga juga bisa merindukan manusia agar bisa menempatinya di akhirat kelak.

Mengapa bisa surga begitu dirindukan? Sebagaimana dikatakan Ketua LDNU Kabupaten Pasuruan, Kiai Dumairi Nalim, surga menjadi sumber kebahagiaan yang abadi dan rasa senangnya tak bisa diungkapkan dengan panca indra.

“Rasulullah SAW bersabda, surga adalah puncak kenikmatan yang tiada tara. Kenikmatannya tak bisa dilihat, didengar ataupun dirasakan dengan perasaan,” jelasnya.

Bahkan, Kiai Dumairai mengatakan bahwa surga juga merindukan manusia di muka bumi ini saat di bulan Ramadan. Namun, hanya orang tertentu saja yang dirindukannya.

Baca Juga :   Salah Kaprah Tadarus

Siapa saja?

1. Pembaca Al-Qur’an

Pertama, orang yang membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang bagus di bulan Ramadan. Maksudnya, dibaca dengan tartil yang jelas, khusyuk dan dihayati.

“Sebagaimana dikatakan Rasul ‘Pahala membaca Al-Qur’an itu dihitung satu huruf, seperti bacaan Alif-Lam-Mim. Alif 1 huruf, Lam 1 huruf, Mim 1 huruf. Satu dari huruf mendapatkan 10 kebaikan’,” tutur Kiai Dumairi.

2. Orang yang Suka Memberi Makan Pada Orang Lapar

Bagi yang suka memberi makan pada orang lapar di bulan Ramadan, maka ia akan dirindukan surga. Mengapa bisa? Pasalnya, hal ini berkaitan dengan hubungan sosial.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Orang yang memberikan takjil terhadap orang yang berpuasa akan dijauhkan dari neraka-Nya Allah dan dirindukan surga.”

Baca Juga :   Ngalim Ramadan Ada Lagi Lho, Simak yuk

3. Orang yang Memperhatikan Kewajiban Puasa Ramadan dengan Baik

Berikutnya adalah orang yang bisa menjaga diri dari hal-hal negatif selama puasa. Mengapa? Karena ia tidak ingin pahala puasanya sia-sia. Serta, orang tersebut tidak mengabaikan kewajibannya untuk berpuasa Ramadan.

4. Penjaga Lisan

Orang terakhir yang dirindukan surga adalah mereka yang menjaga lisannya. Orang yang selalu memperhatikan sudut pandang baik dan buruk sebelum bicara.

“Oleh karena itu, sebaiknya tidak perlu bicara jika tidak mampu berkata dengan baik agar Surga merindukan kita,” tutup Kiai Dumairi saat mengakhiri tausiyahnya. (trj/may)