Cerdas Kelola Limbah, Pertagas Gelar Pelatihan Pengolahan BSF

1712

 

Sidoarjo (Wartabromo.com) – Mendengar kata belatung, banyak orang merasa risih dan tidak nyaman. Terlebih bila melihat belatung dalam jumlah banyak, umumnya muncul perasaan jijik.

Tapi siapa sangka, belatung ternyata punya banyak manfaat. Selain berguna bagi lingkungan, belatung juga dapat menghasilkan uang.

Lalu, jenis belatung seperti apa yang dimaksud? Maggot atau belatung Black Soldier Fly (BSF/lalat tentara hitam), kini tengah populer di masyarakat. Maggot merupakan jenis belatung yang bisa mengurai sampah organik. Proses penguraian sampah organik dilakukan oleh belatung berwarna cokelat kehitaman ini. Sebanyak 10.000 maggot dapat menguraikan satu kilogram sampah organik.

Selain bermanfaat untuk menguraikan sampah organik, maggot dewasa bisa dijadikan pakan ternak. Maggot menjadi makanan kesukaan beberapa hewan ternak seperti ayam petelur, ayam kalkun, ikan lele, ikan nila, bahkan beberapa jenis burung.

Baca Juga :   Harga Pertalite Kini Setara Premium, Simak Lokasinya

Desa Penatarsewu, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur merupakan salah satu lokasi yang telah membudidayakan Maggot BSF ini. Sebagai kampung pengasap ikan, Penatarsewu memiliki masalah sampah organik yang spesifik. Sampah organik tersebut berasal dari limbah perut ikan dan sisik ikan. Melihat kondisi ini, PT Pertamina Gas Operation East Java Area (Pertagas EJA) sebagai bagian dari subholding gas PT PGN Tbk tergerak untuk membuat program CSR bertajuk Daya Dari Hati.

Lewat program tersebut, Pertagas EJA menyelenggarakan pelatihan Pengolahan Pakan Ternak dari maggot BSF. Program pemberdayaan masyarakat ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Desa dan disambut baik oleh warga. Mustahid, salah satu penggerak Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Penatarsewu mengaku tertantang dan berminat mengembangkan BSF hingga menjadi pakan ternak.

Baca Juga :   Pertamina Pacu UMKM Naik Kelas dengan Olah Karung Goni Jadi Produk Berkelas

“Saya rasa kalau untuk sampah organik di sini tidak sedikit, termasuk limbah perut ikan dan sisik. Jadi alangkah lebih baiknya bila BSF bisa diolah menjadi pelet sehingga bisa jadi pakan ikan ditambak.” ujar Mustahid.

Pelatihan yang berlangsung selama 2 hari (1-2 April 2021) ini diikuti oleh sepuluh peserta dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Selama dua hari, peserta pelatihan mendapat ilmu terkait budidaya BSF, perhitungan biaya produksi hingga panen, teknis penjualan, pengolahan BSF menjadi dry BSF maupun tepung dan praktik langsung pembuatan pakan ternak dari BSF. (day/*)