Memetik Hikmah Kejujuran dari Kisah Syekh Abdul Qadir Jailani

4109

 

Pasuruan (WartaBromo.com) – Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh semua Muslim adalah jujur. Sikap tersebut sangat penting dalam kehidupan agar dapat dipercaya oleh siapapun.

Sayangnya, tak banyak muslim yang sanggup berkata jujur, terutama dalam situasi sulit. Padahal Rasulullah SAW sudah mencontohkan umatnya agar memegang teguh kejujuran jika ingin selamat di dunia dan akhirat.

“Nabi Muhammad SAW itu orang yang sangat jujur dan kejujurannya luar biasa, sejak kecil sampai akhir hayatnya Nabi Muhammad SAW tak pernah sekalipun berbohong, sehingga Allah Swt memberinya gelar As-shiddiq atau al-amin,” tutur Gus Hamid Ahmad, Pengasuh Madrasah Diniyah As-Shidiqiyah Purutrejo-Pasuruan.

Tak hanya itu, sebagai teladan, Gus Hamid berkisah tentang kejujuran Syekh Abdul Qadir Jailani di waktu kecil. Kala itu, Syekh Abdul Qadir masih berusia anak-anak, ia meminta izin ibunya untuk pergi mencari ilmu ke kota Baghdad. Sang ibu mengizinkan dan memberikan 40 dinar (setara 1.600.000 rupiah saat ini) untuk bekal di perjalanan.

Uang itu diselipkan di bawah ketiak Syekh Abdul Qadir, kemudian lipatannya dijahit. Tak hanya memberi uang, sang Ibu juga berpesan pada Syekh Abdul Qadir agar senantiasa jujur dalam kondisi apapun.

“Kemudian, berangkatlah Syekh Abdul Qadir bersama rombongan kecil yang hendak menuju Baghdad. Kenapa harus bersama rombongan? karena agar terhindar dari pembegal,” jelas Gus Hamid.

Dilanjutkan Gus Hamid, ternyata sesampainya di tengah perjalanan Syekh Abdul Qadir dan rombongan dihadang oleh sekelompok penyamun (perampok). Sekelompok penyamun itu hendak merampas semua harta yang dibawa oleh para rombongan.

Hingga tiba saat Syekh Abdul Qadir didekati salah satu penyamun, penyamun itu bertanya tentang harta benda yang dibawanya. Seketika dengan jujur Syekh Abdul Qadir pun menjawab bahwa ia membawa uang 40 dinar.

Syekh Abdul Qadir pun menunjukan letak di mana uangnya disimpan. Namun penyamun tersebut meragukan jawaban Syekh Abdul Qadir dan menganggap hanya sebagai candaan. Hingga kemudian para penyamun itu mengadu pada pemimpinnya.

Pimpinan penyamun lantas menghampiri Syekh Abdul Qadir dan menanyakan tentang harta yang dibawanya. Syekh Abdul Qadir tetap menjawab dengan jawaban yang sama, yakni dia membawa uang 40 dinar dan diletakkan di bawah ketiaknya.

Pimpinan penyamun itu kemudian merobek jahitan baju yang berada di bawah ketiak Syekh Abdul Qadir. Betapa terkejut pemimpin penyamun itu sebab mendapati uang sebesar 40 dinar.

Kemudian pemimpin penyamun berkata pada Syekh Abdul Qadir: “Aku ini dari dulu nak, tidak pernah jujur dan tak pernah berkata benar. Sedangkan kamu masih sangat kecil sudah berkata jujur, padahal kamu sedang dalam bahaya.”

“Lalu, bagaimana tanggapan Syekh Abdul Qadir? Ia menjawab ‘aku teringat pesan ibuku agar selalu jujur dalam situasi apapun, untuk itulah aku memberi tahu tentang apa yang aku bawa’,” ungkap Gus Hamid.

Mendengar jawaban Syekh Abdul Qadir, pimpinan perampok itu tersungkur dan menangis. Ia langsung menyatakan tobat atas perbuatannya. Seketika anak buahnya pun mengikuti bertobat dan tidak jadi merampok harta benda rombongan yang hendak pergi ke Baghdad.

“Ini berkat kejujuran Syekh Abdul Qadir Jailani, sekelompok penyamun bisa sadar. Oleh karena itu Bolowarmo, mari menanam kejujuran, jangan sampai berkata bohong terutama di bulan Ramadan sebab orang yang jujur akan diantarkan Nabi Muhammad SAW masuk ke surga,” pungkasnya. (trj/may)