Probolinggo (WartaBromo) – Ratusan sekolah dasar negeri (SDN) di Kabupaten Probolinggo alami kekurangan tenaga pendidik atau guru. Dinas Pendidikan (Dispendik) setempat pun, menyiasati dengan menerapkan kelas rangkap atau multigrade.
Data yang dihimpun wartabromo.com, di Kabupaten Probolinggo ada 534 lembaga SDN. Sebanyak 116 lembaga di antaranya menerapkan multigrade. Di sisi tenaga pendidik atau guru, ada sekitar 4.800 yang mengajar di ratusan lembaga pendidikan tersebut. Dengan tenaga guru ASN sekitar 2.500 orang dan GTT sekitar 2.300 orang.
“Lembaga yang menerapkan pembelajaran mutligrade karena kekurangan guru di sekolah itu. Juga karena jumlah siswa kurang dari 60 anak didik. Yang menerapkan multigrade, contohnya siswa kelas I dan II digabung jadi satu kelas dan diajar oleh satu guru,” sebut Kabid Pembinaan SD Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo, Sri Agus pada Rabu, 2 Juni 2021.
Pengabungan dua kelas menjadi satu kelas itu, keputusan strategis dan terbaik untuk mengatasi kekurangan tenaga guru. Terobosan itu, kata Sri Agus, tidak menyalahi aturan. Sesuai petunjuk dari pemerintah pusat, lembaga sekolah yang jumlah siswa kurang dari 60 anak dapat menerapkan pembelajaran sistem multigrade.
Ia mengatakan idealnya setiap SD, mempunyai 9 tenaga pendidik. Faktanya, di Kabupaten Probolinggo masih banyak ditemukan lembaga yang kekurangan guru. Bahkan ada yang hanya mempunyai 4 guru. Fakta itulah yang mendorong Dispendik untuk menerapkan sistem multigrade.
“Sehingga sistem multigrade adalah terobosan terbaik. Selain itu, pembelajaran sistem multigrade juga dirasakan manafaatnya bagi para siswa. Anak didik dapat saling belajar bersama,” ujar Sri.
Selain multigrade, ada juga sekolah dasar yang digabung (merger). Sebab, kekurangan siswa dan jaraknya berdekatan. Ada 14 sekolah dimerger jadi 7 sekolah. “Tidak banyak, karena jika jarak kedua sekolah yang dimerger cukup jauh, membuat para siswa tidak nyaman,” tandasnya. (saw/saw)