Mural “Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit” Dihapus Oknum Berseragam

6256

 

Bangil (WartaBromo.com) – Sebuah mural “Dipaksa Sehat, di Negara yang Sakit” yang digoreskan pemural di pojok tembok rumah simpang 3 Jalan Diponegoro, Bangil, Pasuruan dihapus oleh oknum berseragam. Sang pemural menyesalkan tindakan oknum berseragam dinas yang menghapus karyanya.

“Karena mural itu kebebasan berekspresi, dan saya menyuarakan keresahan orang-orang saat pandemi yang harus sehat di tengah negara yang sakit karena dilanda pandemi,” kata RM, sang pemural kepada WartaBromo, Rabu (11/8/2021).

Lukisan mural di Bangil setelah dihapus. Foto: Istimewa.

Pemuda 21 tahun ini mengungkapkan, alasan ia bersama 3 rekannya membuat mural lantaran resah dengan kondisi masyarakat di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Menurutnya, masyarakat dipaksa harus sehat dengan terus memakai masker, atau harus mengikuti vaksinasi.

Baca Juga :   Mural Kritisi Pemerintah Dihapus Oknum Berseragam, Kasatpol PP: Saya yang Perintahkan!

“Tapi banyak yang susah mengakses vaksin. Jadi, dengan mural ini, ada solusi soal pandemi, agar tidak berlarut-larut,” ungkapnya.

Kenapa harus mural? RM menguraikan, dengan mural pesan tentang keresahan masyarakat di saat pandemi bisa dibaca semua orang yang melihat. Apalagi, lokasinya strategis.

“Dan saya merasa tidak merusak apapun dan merugikan siapapun, karena saya sudah izin dari pemilik tembok,” akunya.

Diceritakan RM, sebelum memutuskan menggambar mural itu, ia sudah melakukan riset kecil di lingkungannya. Rekan-rekan dan tetangganya yang berdagang mengeluhkan pendapatannya menurun drastis.

“Misalnya teman yang buka angkringan yang bukanya malam, selama PPKM pendapatanya menurun. Kalau pun buka, juga khawatir diobrak. Kalau buka sore kurang maksimal,” tuturnya.

Baca Juga :   Hapus Mural Kritik Pemerintah, Pus@ka: Satpol PP Gagal Paham

Mural berukuran panjang 4 meter dan tinggi 3 meter ini, digambar setengah jadi pada 25 Juli 2021. Sepekan kemudian, tanggal 2 Agustus 2021, mural tersebut rampung dengan kalimat “Dipaksa sehat di negara yang sakit,” dan dua gambar binatang imajinatif.

“Lalu kemarin Selasa (10/8), saya dapat kabar dari teman kalau mural saya dihapus oleh orang-orang berseragam dinas,” tuturnya.

Menurutnya, ia sudah menduga bahwa muralnya akan mengusik kenyamanan pemerintah. Namun, ia tetap menyayangkan tindakan tersebut.

Kendati karyanya dihapus, ia mengaku akan terus berkarya melalui mural. Meskipun dengan risiko kembali dihapus lagi.

“Yang penting saya menyampaikan kebenaran, dan tidak merugikan orang lain, ngapain ragu bersuara,” tegasnya. (oel/asd)