Dr. R. Soedarsono: Dikenang Zaman, Dilupakan Orang

6856
Namanya kini dipakai sebagai identitas RSUD Kota Pasuruan. Tapi, tak banyak yang tahu seperti apa ia. Bahkan oleh sebagian karyawan rumah sakit sendiri.

Laporan : Miftahul Ulum

KENDATI dipakai sebagai nama rumah sakit Pemkot Pasuruan, sosok Dr. R. Soedarsono tak banyak dikenal. Bahkan, para karyawan pun tak banyak yang tahu siapa sebenarnya nama tokoh yang menjadi identitas rumah sakit tempatnya bekerja itu.

Penyebutan Rumah Sakit Purut yang lebih familiar ketimbang RSUD R. Soedarsono seolah mempertegas betapa sosok dokter berjasa di zamannya itu mulai dilupakan. Terlebih, tidak banyak literasi, apalagi media yang pernah mengungkapkan sosoknya. Portal informasi milik Pemkot dan juga rumah sakit, zonk. Sedikitpun tak ada ulasan mengenai sosoknya.

Apa boleh buat. Gudang arsip koran lawas zaman kolonial milik Pemerintah Belanda, delpher.nl., akhirnya menjadi jujugan. Pada gudang arsip digital itu, setidaknya ada sejumlah tulisan koran lawas bertarikh 1930-an yang memuat dokter Soedarsono. Arsip-arsip surat kabar itu, cukup membantu menjelaskan bagaimana kiprah R. Soedarsono. Hanya saja, biodata R. Soedarsono, media ini belum menemukannya.

Satu Sekolah dengan dr. Soetomo

Dari beberapa arsip yang terbaca, sebelum mengawali karirnya sebagai dokter di Rumah Sakit Kota Pasuruan, dr. Soedarsono mengenyam sekolah kedokteran di STOVIA Jakarta (kala itu masih bernama Batavia). Namanya tercatat sebagai salah satu pelajar di sekolah kedokteran pribumi Hindia Belanda dalam Onwikeling van Het Geneeskundig Onderwijs Weltevreden tahun 1851-1926 (Pengembangan Pendidikan Kedokteran di Hindia Belanda).

Baca Juga :   Ironi Warga Candiwates, Desa Sumber Air yang Justru Terancam Krisis

Dalam buku lain, yaitu 125 Tahun pendidikan Dokter di Indonesia 1851-1976, memuat daftar 380 lebih dokter-dokter Hindia Belanda yang sekolah di STOVIA. Nama Soedarsono juga tercantum di urutan Nomor 382.
Sejumlah informasi lain yang menarik juga terungkap di buku ini. Salah satunya, disebutkan adanya sejumlah dokter lain dari Pasuruan. Yaitu, Mas Soemowidigdo (lulus tahun 28/10/1905), Raden Soeng Soedjono (lulus tahun 15/11/1904), Raden Soetomo (kelahiran Bangil, lulus tahun 11/4/1911), dan Mas Soedomo (lulus tahun 29/11/1920).
Dalam buku tersebut, Soedarsono lahir di Boyolali, tahun 1900. Soedarsono lulus dari Stovia pada tanggal 11 September 1926. Namun, lagi-lagi, kehidupan R. Soedarsono pascalulus dari sekolah kedokteran, buram.

Baca Juga :   Indonesia Dijajah 350 Tahun, Hanya Mitos?

Sampai akhirnya, kabar tentang dr. Soedarsono mulai terekam saat ia pindah di Kota Pasuruan menjadi dokter pemerintah Kolonial Belanda tahun 1932. Kala itu, ia menggantikan dokter Abdul Irzan yang lebih dulu menjadi dokter pribumi pertama di Rumah Sakit Pasuruan.
Dokter Abdul Irzan pensiun sebagai dokter pemerintah, namun ia tetap berada di Kota Pasuruan dan melayani masyarakat dengan membuka praktik. “Dr. Irzan akan tetap menjadi dokter swasta di Pasoeroean,” disebutkan dalam Surat Kabar Soerabaijasch Handelsblad, 13 Juli 1932.

Surat kabar ini mematahkan asumsi sebelumnya. Bahwa dr. Soedarsono adalah dokter “pribumi” pertama yang mengabdi di Rumah Sakit Kota Pasuruan di masa kolonial. Di mana seringkali, dokter pertama yang mengabdi di rumah sakit daerah akan dijadikan nama sebuah rumah sakit tersebut, seperti dr. Mohammad Saleh yang dijadikan nama RS di Probolinggo sampai saat ini.

Baca Juga :   Santri Asal Rejoso Ini Raih Omzet Ratusan Juta dari Bisnis Rak Bunga

Sebelum menjadi dokter pemerintah kolonial Belanda di Pasuruan, dr. Soedarsono pernah berdinas di pulau terluar Indonesia -yang saat itu masih bernama Hindia Belanda-, yakni di Pulau Rote (Timor). Dr. Soedarsono sendiri sebelum menggantikan secara penuh peran dari dokter Irzan, dirinya sudah bekerja sebagai dokter pendamping dr. Irzan. Meski sudah menjadi dokter pemerintah, Soedarsono masih menyempatkan membuka praktik swasta.