Berkenalan dengan Tiga Pahlawan yang Jarang Diketahui

918

Lumajang (wartabromo.com) – Hari ini tepat 10 November, diperingati sebagai Hari Pahlawan. Penetapan ini untuk mengingatkan adanya pertempuran besar di Surabaya pasca Proklamasi Kemerdekaan.

Berbicara soal hari pahlawan, tentu ada banyak nama yang diingat oleh warga Indonesia. Sebut saja Ir Soekarno, Moh. Hatta, Kartini, Ki Hajar Dewantara, dan lain sebagainya. 

Namun, dari banyak nama itu, masih ada saja pejuang yang tidak populer. Padahal perannya sangat penting bagi Indonesia. 

  1. Mr. Assaat

Tak banyak yang tahu jika Meester in Rechten (Mr) Assaat adalah seorang presiden. Dilansir dari Tirto, Mr Assaat merupakan pejabat Presiden RI sementara waktu pada 1949 silam.

Sementara Ir Soekarno menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS).

Baca Juga :   Hore! Listrik Gratis Selama 3 Bulan

“Mr Assaat tidak mau dipanggil Paduka Yang Mulia, tapi kalau mau, panggil Bung Presiden,” tulis Marthias Dusky Pandoe. Setelah RIS bubar pada 17 Agustus 1950 dan menjadi Republik Indonesia, Sukarno menjadi presidennya. 

Setelah itu, Mr Assaat juga pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri RI, Menteri Dalam Negeri Pemerintahan Revolusioner RI dan Ketua Majelis Presiden PRRI.

2. Frans Kaisiepo

Bolo warmo pasti pernah melihat uang pecahan Rp10 ribu. Gambar Frans Kaisiepo diabadikan dalam lembaran uang tersebut. Ya, Ia alah pahlawan nasional Indonesia.

Frans Kaisiepo merupakan seorang politikus Papua. Ia pernah menjabat sebagai Gubernur Provinsi Papua. 

Siapa sangka, sosok inilah yang sepanjang hidupnya mempersatukan Irian Barat dengan Indonesia. Atas dasar itulah, Frans mendapatkaka anumerta sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Baca Juga :   Santer Isu Jabat Presiden 3 Periode, Jokowi: Tidak Berminat

3. Syafruddin Prawiranegara

Mirip dengan kisah Mr. Assaat, Syafruddin Prawiranegara sempat mengambil mandat Soekarno sebagai pemimin sementara. Saat itu Ia menggantikan Soekartno, usai pemerintah pindah ke kota Yogyakarta.

Situasi darurat ini terjadi pasca pembacaan naskah proklamasi, yakni sekitar 1945-1950. Soekarno kemudian membuat langkah strategis, dan membentuk Pemerintah Darurat RI. Saat itu, Syafruddin Prawiranegara bertindak sebagai ketua, agar tidak terjadi kekosongan kekuasaan.

Sebab saat itu, Soekarno-Hatta diasingkan oleh Belanda ke Pulau Bangka. Atas jasa pemerintah darurat itu, Belanda akhirnya mau untuk berunding dan membebaskan Soekarno-Hatta. (may/ono)