Cenil, Jajanan Jadul yang Laris hingga Kini

1280
Pasuruan (wartabromo.com) – Jajanan tradisional seperti cenil, lupis dan sejenisnya masih eksis dan diminati masyarakat. Penjual jajanan ‘ndeso’ ini selalu diburu dan lapak mereka tak pernah sepi. Penjual jajanan tradisional cenil, lupis dan sejenisnya memang tak banyak atau boleh dibilang jarang ditemui di Kota Pasuruan. Padahal bisnis jajanan ndeso ini masih punya pasar yang luas dengan potensi yang cuan sekali. Seperti kata Suliyatin, penjual cenil dan jajanan ndeso lainnya di Pasar Minggu depan GOR Untung Suropati, Kota Pasuruan. Ia mengakui berjualan jajanan tradisional sangat menguntungkan. “Saya buka pukul 06.00, pukul 09.00 sudah habis,” kata Suliyatin kepada wartabromo.com, Sabtu (27/11/2021). Perempuan yang sudah belasan tahun jualan jajanan tradisional ini mengatakan, jajanan seperti cenil, lupis, srawur, jagung, gatot hingga klepon ini masih dicari oleh masyarakat khususnya di Kota Pasuruan.
Baca Juga :   Poncol Akan Jadi Sentra UKM dan Mall Pelayanan Publik
Cenil, Jajanan Jadul yang Laris hingga Kini Lapak milik perempuan asli Lumajang ini sudah dikerumuni pembeli meski baru buka. Para pembeli langsung memesan aneka jajanan sesuai selera. Ada yang memesan satu atau dua jenis jajan, ada yang memesan bermacam-macam item dalam satu bungkus. “Pagi sudah ramai. Bukan beli aja, yang datang cuma buat pesen banyak juga ada,” ungkapnya. Harga satu bungkus mulai Rp6.000. Semakin banyak item yang dipesan semakin mahal. Selama 3-4 jam jualan, Suliyatin bisa mengantongi omzet rata-rata Rp1 juta. Ia mengatakan, jika jualannya ini bisa ditiru oleh kaum muda jaman sekarang. “Iya jarang (yang jualan seperti saya). Kalau saya nanti nggak kuat jualan siapa yang jualan, nggak tahu. Anak-cucu saya nggak mau jualan,” timpal Suliyatin.
Baca Juga :   Pulang Kunker dari Jateng, DPRD Kota Pasuruan Cek Kesehatan
Salah satu pembeli mengatakan saat ini susah mencari penjual cenil, lupis dan sejenisnya. Makanya saat melihat ada penjual, ia langsung borong. “Sudah susah cari jajan gini. Di sini cuma satu ini. Ini kan ada nostalgianya,” ujar Hanif, salah satu pembeli. (don/may)