Sumber Air di Kawasan Bromo Butuh Penataan

1059

Sukapura (WartaBromo.com) – Ketersedian air bersih di kawasan Gunung Bromo masih mencukupi hingga 20 tahun mendatang. Namun, penataan ulang untuk kebutuhan sektor bisnis pariwisata dinilai masih dibutuhkan.

Salah satu tokoh masyarakat Suku Tengger, Supoyo mengatakan, sumber mata air di kawasan Bromo sebenarnya cukup, terutama air bersih telah disalurkan ke rumah-rumah warga. Tetapi menurutnya air belum maksimal untuk mendukung sektor bisnis pariwisata.

“Kalau untuk kepentingan keluarga, untuk mandi, cuci, masak, ini sudah cukup. Ditambah dengan kepentingan homestay, sementara ini masih perlu ditingkatkan lagi,” kata anggota DPRD Kabupaten Probolinggo itu, pada Sabtu, 8 Januari 2022.

Terkait kepentingan itu,  perlu dukungan infrastruktur dari pemerintah pusat. Harapannya, agar sumber mata air tersebut, mencukupi segala kebutuhan kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) Bromo Tengger Semeru (BTS). Akses wisatawan pada air bersih terjangkau.

Baca Juga :   Dibanding Hotel, Ini Serunya Menginap di Homestay

“Selama ini, untuk kepentingan air bersih tamu, pihak hotel mendatangkan air dari bawah. Perlu tambahan biaya. Sehingga perlu campur tangan pemerintah pusat untuk mendukung sektor pariwisata,” tandas mantan Kades Ngadisari itu.

Supoyo kemudian menjelaskan, KSPN BTS, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membangun 3 infrastruktur di Seruni Point-TNBTS. Salah satunya, infrastruktur penyediaan air baku oleh Ditjen Sumber Daya Air.

Berdasarkan kalkulasi, ketersediaan air bersih di kawasan TNBTS sebenarnya mencukupi bahkan surplus. Kawasan yang ditetapkan sebagai cagar biosfer oleh UNESCO itu, memiliki ketersediaan air 4 liter/detik dari empat sumber mata air. Sementara kebutuhannya hanya 2 liter/detik. Empat sumber mata air yang dimaksud berada di Tanjang, Kedawung Tengah, Semanik, dan di daerah Selogindro.

Baca Juga :   Nyebrang Jalan, Mr. X Tewas Ditabrak Motor hingga Pikap

“Dengan pertumbuhan penduduk 2 persen ditambah dengan wisatawan, diproyeksikan 15-20 tahun ke depan masih mencukupi,” sebut Kabag Umum dan Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, Dedi Yudha Lesmana pada Konsultasi Publik Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Seruni Point-TNBTS beberapa waktu lalu.

Pihaknya, kata Dedi, dalam dua tahun terakhir sudah melakukan desain pengambilan air dari mata air ke tempat penampungan (reservoar). Rencananya akan membangun dua reservoar untuk proyek penyediaan air baku dengan proyeksi nilai investasi sebesar Rp38 miliar, dan Rp26 miliar.

“Berkaitan dengan proyek yang dimaksud, kami akan berkoordinasi dengan pemerintah setempat terkait jalur-jalur yang akan dilewati dan penempatan sarpas (sarana dan prasarana) tadi,” tandas Dedi.

Dalam beberapa tahun terakhir, fasilitas wisata di kawasan Gunung Bromo banyak dibangun. Terbaru, pemerintah akan membangun jembatan kaca Seruni Point Bromo.

Baca Juga :   Jembatan Ambrol, Komisi VIII DPR RI Usulkan Perbaikan ke Kementerian

Balai Besar TNBTS mencatat, pada tahun 2018 ada 825.206 wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo. Pada tahun 2019, jumlah wisatawan susut menjadi 721.082 orang. Pada tahun 2020, jumlahnya kian mengecil menjadi 196.268 wisatawan. Penyusutan terjadi akibat pandemi covid 19.

Berdasarkan data BPS, Kecamatan Sukapura dihuni 19.644 penduduk pada tahun 2020, yang tersebar di 12 desa. Empat desa paling dekat dengan kawasan Bromo adalah Ngadisari (1.548 penduduk), Jetak (579 penduduk), Wonotoro (661 penduduk), dan Desa Ngadas (638 penduduk).

Pada 2018, terdapat 23 hotel di kecamatan seluas 102,09 kilometer persegi, yang menjadi pintu masuk menuju kawasan TNBTS tersebut. (saw/ono)