Dibalik Sejarah Tugu Peringatan Hizbullah Raket Kawisrejo Pasuruan

3628

Pasuruan (wartabromo) – Berbekal tekad dan keyakinan, bahwa perjuangan dalam mempertahankan Kemerdekaan Tanah Air harus dipertahankan, sebagai modal utama dalam perjuangan Laskar Hizbullah Pasuruan. Berbagai pertempuran melawan penjajah hingga munculnya tugu peringatan Peristiwa Raket di Desa Kawisrejo, Kecamatan Rejoso.

“Saya hanya mendengar dari ayah saya. Sebuah pertempuran yang dahsyat dari para pejuang Hizbullah melawan Penjajah Belanda terjadi di Raket Desa Kawisrejo. Dengan gigih, tekad yang besar dan penuh keyakinan, para pejuang berjibaku mengadu nyawa. Yang gugur dan yang luka sangat banyak,” kata Moh Hasyim.

Diceritakan kembali, dulunya di lokasi yang tidak seberapa jauh dari Tugu Peristiwa Raket, terdapat pabrik gula. Karena keberadaan pabrik gula itu, para pejuang dari Laskar Hizbullah menjadikannya sebagai salah satu target untuk perang gerilya.

Hit and Run, pukul dan lari, selalu dilakukan para pejuang Laskar Hizbullah yang kalah persenjataan dari tentara Penjajah Belanda. Markas maupun tangsi-tangsi Belanda yang biasanya berada di sekitar lokasi asset perekonomian seperti pabrik gula, menjadi sasaran.

Pasukan Penjajah Belanda yang mesti ada di pabrik-pabrik gula untuk melindungi asset ekonomi itu, sering kali diserang dalam perang gerilya oleh para pejuang. Para pejuang yang bertekad agar penjajah Belanda terusir dan tidak bercokol kembali di bumi pertiwi.

Baca Juga :   Melirik Perjalanan "Kampung Pia" di Gempol

Serangan-serangan yang dilakukan, membuat pasukan lawan geram dan mencari keberadaan para pejuang Laskar Hizbullah. Semua rumah dan tempat-tempat yang dicurigai sebagai sarang pejuang, digeledah dan terkadang harus diratakan dengan tanah.

Para pejuang yang mengetahui pergerakan pasukan lawan, tidak berdiam diri hingga melakukan perlawanan besar-besaran. Itulah yang terjadi dalam Peristiwa Raket Kawisrejo pada 30 Oktober 1949.

“Berbekal tekad yang bulat dan sebelumnya berusaha membekali diri dengan doa serta meminum air putih yang sudah didoa para ulama (sowok), para pejuang melakukan penghadangan. Lokasinya di sekitar tempat yang dibangun tugu itu. Pertempuran berlangsung seru, meski banyak pejuang yang gugur dan terluka, tapi tentara lawan akhirnya mundur,” urai Moh Hasyim.

Untuk mengenang kegigihan pejuang dalam melawan Penjajah Belanda tersebut, akhirnya dibangun Tugu Peringatan Peristiwa Raket. Sebanyak 17 pejuang yang gugur dalam peristiwa itu, namanya dicantumkan pada tugu yang dibangun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Pasuruan dan diresmikan oleh Imam Moestadjab pada 10 Nopember 1985 itu.

Baca Juga :   Pencarian Pelajar Pasuruan Hari ke-3, Polair Libatkan Nelayan dan Fokus ke Lautan Wilayah Utara

Pada bagian atas tugu yang tertulis Pancakara Ngesti Aruming Bawana yang berarti pertempuran yang beraroma harum untuk dunia. Dengan tegas di bawah tulisan Berbahasa Jawa dituliskan “Disini pernah terjadi perlawanan rakyat terhadap Belanda Guna mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945”.

Sedangkan 17 pejuang yang gugur, Abu Chasan, Durrahman, Achadun, Samsuri, H salam, Kastari, Maruwi, Radjak, Matari, Ichsan, P Daim, Sakijo, Rubai, Sarip, Tohir, Said dan Muin.

Selain Peristiwa Raket di desa Kawisrejo yang menggugurkan 17 pejuang dari Laskar Hizbullah, masih banyak lagi pertempuran yang terjadi. Pertempuran-pertempuran itupun berlangsung di banyak tepat.

“Pernah suatu kali, paman saya, KH Sya’dullah menyerang pasukan Belanda yang patroli dan ketahuan. Akhirnya diburu, tapi tidak berhasil tertangkap. Karena jaringan para pejuang Laskar Hizbullah sangat luas dan pasukannya berpindah-pindah dengan banyak markas, termasuk di Baujeng itu,” terang KH Abdullah Syaukat Siradj.

Karena tidak tertangkap, pihak Belanda akhirnya memblokade seluruh wilayah di Pasuruan, termasuk di antaranya adalah Pelabuhan Pasuruan. Belanda mengumumkan kepada masyarakat, agar membantu menangkap KH Sya’dullah.

Baca Juga :   Ketua KBIH Arafah Pandaan Batal Haji

“Setelah berkoordinasi dengan pejuang lainnya, KH Sya’dullah yang diburu bermaksud menghilangkan jejak. Tapi Belanda tengah melakukan blokade yang ketat dan saat di pelabuhan, karena paman saya akan menghilangkan jejak ke Madura, dicegat tentara Belanda. Dikira akan ditangkap, ternyata orang Belanda itu tidak mengenal dan justru memberi tahu kalau paman mau ditangkap,” ujar KH Abdullah dengan canda menertawakan ketololan penjajah.

Peristiwa serupa juga dialami Abd Muin yang tertangkap Belanda setelah menyerang seorang Tentara Belanda yang berpatroli, tapi terpisah dengan teman-temanya. Awalnya berhasil lolos, namun pasukan Belanda berhasil menangkap dan memenjarakan Abd Muin di Tangsi PG Kedawung.

“Mumpung tahu ada tentara lawan yang seorang diri, Pak Muin langsung menyerangnya dan menghajarnya habis-habisan. Tapi ketahuan tentara lawan lainnya hingga dikejar dan tertangkap. Namun, anehnya saat malam hari, Pak Muin bisa melepaskan diri dan malahan merusak sejumlah tempat di PG Kedawung,” terang Moh Hasyim. |

Tulisan ini merupakan karya Alm. Abdussyukur pada 2015 silam dan di publish ulang oleh wartabromo