Detik-detik Tewasnya Marsinah Tercatat dalam Puisi, Ini Isi Puisinya

272

Pasuruan (WartaBromo.com) – Siapapun yang mendengar nama Marsinah pasti teringat kisah tewasnya yang mengenaskan. Kisah yang kental diceritakan tersebut ternyata turut diabadikan dalam sebuah puisi.

Puisi tersebut tak lain ditulis oleh sastrawan legendaris, yakni Alm. Sapadari Djoko Damono. Pria yang akrab dipanggil Eyang Sapadari itu mengaku butuh waktu lama untuk menyelesaikan puisi tentang marsinah.

Sebab, ia merasa marah setiap kali mengingat tragedi yang menimpa Marsinah. Maka, setiap marah Eyang Sapardi berhenti menulis dan kemudian melanjutkannya di lain waktu.

Tak lain, menurutnya puisi tak boleh ditulis dalam keaadan marah. Tak boleh juga ditulis dalam keadaan sedih.

“Saya kalau marah tidak bisa nulis sajak, tapi kalau marahnya keterlaluan terpaksa saya nulis walau prosesnya lama,” terangnya dinukil dari channel YouTube Ruang Hujan yang diunggah pada tahun 2017.

Baca Juga :   Pertama Kali, Nama 'Indonesia' Dipakai Jurnalis Skotlandia Tahun 1850

Penasaran dengan isi puisinya? Simak ini!

Di hari baik bulan baik,

Marsinah dijemput di rumah pondokan
untuk suatu perhelatan.
Ia diantar ke rumah Siapa,
Ia disekap di ruang pengap,
Ia diikat ke kursi,
mereka pikir waktu bisa disumpal
agar detik-detiknya tak menjerit lagi.

Ia tidak diberi air,
ia tidak diberi nasi,
detik pun gerah berloncatan ke sana kemari.
Dalam perhelatan itu kepalanya diletak
selangkangnya diacak-acak
dan tubuhnya dikekalkan
dengan besi batangan

Detik pun tergelak,
Marsinah pun abadi.

Sebagai informasi, Eyang Sapadari meninggal pada 19 Juli 2020, pukul 09.17 WIB. Ia meninggal di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan. (trj)