Jatuh-Bangun Usaha Pengolahan Kupang Kraton

200
Nasikh dengan kesibukannya mengolah kupang. Foto: Kamilio.

Kraton (WartaBromo.com) – Selain sebagai daerah industri, Kabupaten Pasuruan juga banyak dikenal berkat hasil lautnya. Salah satunya kupang.

Nah, salah satu daerah penghasil kupang terbesar di Pasuruan adalah Kecamatan Kraton, tepatnya di Dusun Dongpasar, Desa Tambakrejo. Hampir 80 persen penduduknya berprofesi sebagai nelayan pencari kupang.

Salah satu pengusaha kupang setempat, M. Nasikh (30) mengaku menjalani usaha kupang secara turun temurun. Kini ia bersama istrinya, Hamidah terus mengembangkan usaha tersebut.

“Warga sini dari dulu mayoritas nelayan kupang. Sedari saya duduk di bangku SMP sudah ikut mencari kupang,” papar Nasikh pada WartaBromo.com sembari menunjukkan dapur pengolahan kupang, Minggu (4/5/2023).

Nasikh bilang, proses pengolahan setidaknya membutuhkan waktu 30 menit untuk perebusan. Menit pertama sambil diaduk menggunakan alat khusus untuk memisahkan cangkangnya. Setelah itu dibiarkan hingga benar-benar matang.

Baca Juga :   A Separation (2011): Lebih Dari Sekadar Drama Pegat

“Selanjutnya kupang sudah bisa dijual. Satu kilonya biasanya di harga Rp30 ribu. Kalau kami jualnya ke luar pasuruan, seperti Singosari, Lumajang, Jember, dan Sidoarjo,” imbuhnya menjelaskan.

Dalam sehari, setidaknya ia bisa memproduksi sebanyak 30 hingga 50 kilogram. Pengiriman kupang ke luar kota biasanya dilakukan istrinya dengan motor yang sudah di beri kantong di kanan dan kirinya untuk menaruh kupang.

“Kirimnya jauh-jauh. Pakai motor. Pernah ada pesanan sampai 1 kuintal dikirim ke Jember. Tapi sekarang sudah tidak banyak-banyak. Pelan tapi pasti,” ungkap Hamidah menyambung cerita sang suami.

Tak dapat dipungkiri, sistem pemasaran kupang sendiri menjadi kendala yang mereka alami. Karenanya, mereka harus mencari pangsa pasar hingga ke luar kota.

Baca Juga :   Para Tionghoa dan Usahanya Membangun Pendidikan Pertama di Pasuruan (2-Habis)

“Persaingannya ketat, Mas. Otomatis kami harus mandiri. Mencari pasar sendiri walaupun harus ke luar kota,” sambung Nasikh berharap.

Seperti halnya Nasikh dan Hamidah, masyarakat setempat juga berharap adanya pendampingan oleh pemerintah dalam pemasaran kupang. Sehingga kupang menjadi salah satu komoditi yang patut dibanggakan masyarakat setempat.

Proses Pencarian Kupang yang Tak Mudah

Mengumpulkan kupang bukan pekerjaan mudah  Para nelayan harus menyusuri sungai Welang untuk sampai di bibir pantai. Perjalanan yang ditempuh setidaknya 3 sampai 4 jam.

“Kalau cari kupangnya paling 2 sampai 3 jam sudah dapat banyak. Yang lama kan perjalanannya. Bisa 3 sampai 4 jam,” ungkap Nasikh melanjutkan obrolan di rumahnya.

Proses mencari kupang sendiri adalah dengan menggunakan waring (bahasa jawa) semacam jaring. Para nelayan akan turun ke lautan dangkal dan mulai menyerok kupang yang ada di dasar laut.

Baca Juga :   Belatung Ayam dan Meja Makan Bupati Hindia-Belanda

Selain jarak tempuh yang jauh, untuk mendapatkan bahan bakar solar sendiri cukup sulit dan terbatas. Mereka bisa membeli langsung ke Pertamina atau membeli pada pengepul yang sudah mendapat izin dari dinas terkait.

“Ke pertamina langsung bisa, pengepul juga bisa. Tapi ya ada batasan. Setiap orang hanya dibatasi sebanyak 5 hingga 10 liter solar. 10 liter itu sudah cukup kalo pulang pergi,” pungkasnya.(lio/asd)