Melihat Mural Karya ‘Tuli Art’ Disabilitas Kota Pasuruan

212

“Kami sudah sering dipanggil ke beberapa tempat, luar kota juga pernah. Kami ada tim lukis namanya Tuli Art”

Laporan : Ahmad Romadoni

Seni merupakan wujud ekspresi seseorang dalam menumpahkan imajinasi berisi cerita, keindahan, serta curahan hati untuk menghasilkan sebuah karya. Seni bisa diciptakan oleh siapa saja, tak memandang status dan kondisi fisik seseorang.

Di Kota Pasuruan, Jawa Timur ada komunitas yang dinamai dengan Tuli Art. Ya, komunitas tersebut adalah sekumpulan warga penyandang disabilitas minim pendengaran dan tak cakap bertutur.

Media wartabromo.com sempat mendatangi Kantor Dinas Sosial Kota Pasuruan, dimana tempat tersebut adalah tempat para komunitas Tuli Art berkarya. Tembok-tembok polos dan kusam tersebut akan dihiasi oleh lukisan menarik karya mereka.

“Tiga orang, sebenarnya ada lima orang, tapi yang dua nggak bisa karena sakit,” kata Joko Afrianto, ketua atau pencentus awal komunitas Tuli Art Pasuruan beberapa waktu yang lalu.

Konsepnya adalah kafe milenial. Gambaran secangkir kopi dan hiasan daun menjadi konsep inti di mural tersebut. Tak lupa juga ada slogan menarik untuk memantik para pengunjung Kantor Dinas tersebut nantinya.

“Permintaan kepala dinas, membuat lukisan konsepnya kafe, rencana mau dibuat kafe,” katanya.

Lukisan dengan karya seni tinggi mulai ditunjukkan oleh orang-orang penyandang disabilitas tersebut. Tak nampak memiliki keterbatasan memang, goresan kuas dengan cat tembok mampu membuat karya seni bernilai tinggi.

Joko juga mengatakan, ia dan para rekan setimmya itu sudah mulai menyalurkan bakatnya menjadi pundi-pundi rupiah sejak 6 tahun yang lalu. Bahkan, Tuli Art juga sering dipanggil ke beberapa lingkungan di Kota Pasuruan maupun luar daerah.

Seperti Malang, Mojokerto, Trenggalek, Jombang, Banyuwangi dan masih banyak daerah lain di Jawa Timur. Lawatannya ke luar kota yakni bertujuan untuk merubah kampung kusam menjadi berseri dan indah melalui lukisannya.

“Kami sudah sering dipanggil ke beberapa tempat, luar kota juga pernah. Kami ada tim lukis namanya Tuli Art,” ujarnya.

Banyaknya warga yang memakai Tuli Art juga membuat kampung dengan karya lukusiannya pernah meraih lomba Adiwiyata lingkungan di Kota Pasuruan.

“Pernah juara tingkat kelurahan, jadi lukisan di jalan maupun tembok itu,” pungkasnya.

Lukisan-lukisan menarik karya komunitas itu bukan hanya dibuat tembok. Melainkan juga di jalan dan media lainnya. Itu pun sesuai permintaan kustomer.

Untuk harga jasa yang ditawarkan pada kustomer yakni, per meter lukisan di tembok dihargai Rp50 ribu, sedangkan Rp75 ribu itu sudah termasuk bahan dan alat melukis. Rata-rata untuk pengerjaan di atas 10 meter biasanya dikerjakan dalam waktu 2-3 hari.

“Itu pun dikerjakan satu tim, biasanya 3 orang kadang juga 5 orang, tergantung panjang media yang akan dibuat lukisan,” paparnya.

Karya lukisan menawan itu juga diapresiasi oleh Kepala Dinas Sosial Kota Pasuruan, Kokoh Arie Hidayat. Pihaknya akan terus memberdayakan para penyandang disabilitas yang ada di Kota Pasuruan agar bakat yang dimiliki bisa terus berkembang.

“Agar bisa menghasilkan dan karyanya terus berkembang,” kata Kokoh. (yog)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.