Kabin Lapis Baja dan Anti Perang Gerilya, Berikut Keistimewaan Pesawat TNI AU Yang Jatuh di Pasuruan

319

Pasuruan (WartaBromo.com) – Dua pesawat tempur TNI AU jenis Super Tucano jatuh di wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

Dilansir dari laman resmi TNI AU, EMB-314 Super Tucano sejatinya merupakan pesawat latih lanjut yang berkemampuan COIN (Counter Insurgency) atau pesawat anti perang gerilya.

Dilihat dari desainnya, pesawat ini sangat cocok untuk mendukung misi-misi pengintaian, close air support, dan penumpasan pemberontak.

Pada 2012 lalu, Indonesia memiliki 16 pesawat EMB-314 Super Tucano yang dibeli dari Brasil yang ditempatkan di Skadron 21 Abdulrachman Saleh, Malang.

Sistem Perlindungan

Pesawat ini dibekali sistem perlindungan proteksi untuk kabin awaknya. Kabin pilot dilindungi bahan baja kevlar pada sekeliling kokpit.

Baca Juga :   Pengoplos LPG di Pasuruan Beromzet Rp 100 Juta per Bulan

Untuk keselamatan, pilot dilengkapi kursi lontar Martin Baker dengan pola zero-zero. Sistem buka tutup kanopi dapat diaktifkan secara elektrik.

Soal kekuatan kaca kokpit, mampu menahan benturan burung pada kecepatan 300 knot. Elemen perlindungan ‘lebih’ pada ruang kokpit memang wajar untuk pesawat dengan misi COIN.

Persenjataan Pesawat

Sebagai pesawat COIN, sistem senjata internal dihadirkan di EMB-314 Super Tucano. Elemen organiknya adalah dua buah SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7mm jenis FN Herstal M3P yang ditempatkan di setiap sayapnya.

Sekedar diketahui, dua pesawat TNI AU yang jatuh itu diketahui masing-masing unit dengan nomor registrasi TT-3111 dan TT-3103.

Sementara itu, dua lokasi jatuh diketahui di Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan. Satu lagi di area Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), masuk Kabupaten Probolinggo, sekitaran Gunung Kundi. (lio/asd)