Kisah Keceriaan Anak-anak Probolinggo pada Ramadan Dengan Tradisi Bibibi

125

Probolinggo (WartaBromo.com) – Tanggal 27 Ramadan disambut dengan penuh kegembiraan oleh anak-anak di Kabupaten Probolinggo. Mereka berkumpul untuk merayakan tradisi bibibi pada Sabtu (6/4/2024).

Seperti yang terlihat pada siang hari di Desa Kebonagung, Kecamatan Kraksaan. Aqila, bocah 8 tahun yang dengan senang hati berkeliling dari rumah ke rumah, mengumpulkan sedekah dari warga.

Meskipun cuaca panas, semangat Aqila tak surut untuk meraih rezeki dengan total Rp 58.000.

“Meski panas dan capek, senang rasanya bisa mendapatkan banyak uang dari bibibi. Tadi dapat hampir enam puluh ribu,” ujar Aqila sambil tersenyum malu.

Aqila tak sendirian, bersamanya ada belasan anak-anak seusianya ikut berburu Bibibi. Mendatangi rumah ke rumah menjemput sedekah warga.

“Uangnya nanti buat beli cokelat, permen, sosis dan kembang api saat Lebaran,” ungkapnya jujur.

Baca Juga :   Dapat Udeng Tengger, Cak Imin Janji Bangun Desa Terpencil di Bromo

Tak hanya di Desa Kebonagung, tradisi Bibibi juga masih lestari di Desa Alassumur Lor, Kecamatan Besuk. Bocah-bocah dengan senang hati mendatangi rumah-rumah warga.

Dengan mengucap salam, mereka berharap sedekah dari empunya rumah. Disambut dengan senyum hangat dari penduduk setempat.

Pemilik rumah langsung membagikan uang pecahan Rp 1.000-5.000 pada tiap anak. Anak kecil yang menerima bibibi tersebut menyambut uang kertas dengan gembira dan ramai.

“Capek tapi senang dapat uang. Ada juga yang ngasih makanan, buat buka puasa katanya. Tadi bareng teman-teman ke rumah orang-orang,” tutur Zaidan Zakky, bocah berusia 7 tahun.

Menurut Amina (37), warga setempat, meskipun nilai uang yang diberikan kepada anak-anak tidak seberapa, kebahagiaan dan keceriaan yang mereka rasakan sangat berarti.

Hal ini juga menjadi pesan moral untuk saling menjaga anak tetangga dan mempererat hubungan antar warga.

Baca Juga :   Kelebihan Muatan, Pikap Terguling di Tengah Kota Probolinggo

“Anak kita kan mainnya ke tetangga, sehingga orang tua tidak bisa memantau terus-menerus, maka tetanggalah yang ikut menjaga. Jadi kita pada tahu itu anaknya siapa,” ungkapnya.

Menurut cerita dari mulut ke mulut yang berkembang di masyarakat, tradisi Bibibi adalah pemberian sedekah kepada anak kecil. Mengajarkan anak-anak untuk bersedekah. Dahulu, sarananya bukan uang melainkan makanan, semisal kue serabi.

Namun kemudian bertransformasi menjadi uang, baik uang logam maupun kertas. “Kalo jaman 80 atau 90-an, dikasih kue, saya masih ingat itu. Kalo sekarang berupa uang, lebih praktis. Intinya sama, mengajarkan anak bersedekah,” cerita Amina.

Disebut tradisi Bibibi karena dulu anak kecil memanggil bibi kepada wanita yang dimintai uang. Uang Bibibi yang menyerahkan adalah ibu-ibu rumah tangga. Sehingga dalam tradisi Bibibi, anak kecil yang memanggil bibi kepada ibu-ibu rumah tangga untuk minta uang.

Baca Juga :   Lahan yang Diklaim Milik TNI AU Raci Setara 862 Lapangan Sepak Bola, hingga Lumajang Jadi Satu-satunya Zona Merah Covid-19 di Jatim | Koran Online 19 Nov

Bibibi mulai sejak usai sholat Dzuhur. Awalnya anak-anak berkumpul di sebuah tanah kosong untuk menyatukan barisan. Sekitar 20 anak mulai usia 3 sampai 12 tahun lalu berjalan mengelilingi sekitar puluhan rumah dalam satu RT.

Tradisi ini juga menjadi momen kebersamaan antar warga. Di mana penduduk setempat dengan suka cita memberikan sedekah kepada anak-anak sebagai bentuk kebahagiaan dan berbagi rezeki di bulan Ramadan.

Tradisi Bibibi memang unik dan menjadi bagian dari budaya lokal di Kabupaten Probolinggo. Anak-anak dengan riang gembira mengikuti tradisi ini setiap tahunnya, membawa harapan dan keceriaan bagi masyarakat setempat di bulan Ramadan. (aly/saw)