Probolinggo Sasaran Empuk Pengedar Uang Palsu

64

Probolinggo (WartaBromo.com) – Wilayah Probolinggo menjadi sasaran empuk para pengedar uang palsu (upal). Bank Indonesia Cabang Malang mengungkapkan bahwa selama empat bulan terakhir, ribuan lembar uang palsu telah beredar di wilayah kerjanya..

Menurut Kepala Deputi Perwakilan Bank Indonesia Cabang Malang, Dedi Prasetyo, jumlah pasti uang palsu yang beredar mencapai 2.139 lembar, mayoritas pecahan nominal 50 ribu dan 100 ribu rupiah. Beredar di wilayah Kabupaten/Kota Pasuruan, Probolinggo, dan Malang.

“Jumlah itu, masih di wilayah kerja kami saja. Jika digabung seluruh Jawa Timur, tentu lebih banyak,” ujarnya, Sabtu (4/5/2024).

Jika uang palsu menyasar pecahan 50 dan seratus ribuan, untuk kasus uang rusak berbeda. Justru mayoritas terjadi pada uang pecahan kecil, yakni 20 ribu ke bawah. Sedikitnya 15 persen uang yang masuk ke BI, kondisinya sudah tidak layak edar alias rusak.

Uang tersebut ditarik dan dimusnahkan, diganti dengan yang baru. “Karena memang perputaran uang pecahan itu lebih cepat di masyarakat. Sehingga mudah rusak,” lanjut Dedi.

Dalam mengatasi peredaran uang palsu ini, BI Cabang Malang mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dan mempelajari ciri-ciri uang asli dengan seksama.

Selain itu, BI juga aktif melakukan sosialisasi langsung ke masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dalam mendeteksi uang palsu. BI bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kota Probolinggo.

Seperti pada Sabtu ini, mengundang puluhan guru SMP dan SMA untuk mengikuti training of trainers (ToT) Cinta Bangga dan Paham Rupiah (CPB). Serta perluasan transaksi digital Qris.

“Mengedukasi masyarakat untuk beralih ke transaksi non-tunai menggunakan Qris. Tidak hanya lebih praktis dan cepat, tetapi juga dapat mengurangi risiko perampokan dan kerusakan uang secara fisik,” sebut Dedi Prasetyo.

Sekda Kota Probolinggo, drg Ninik Ira Wibawati, mengungkapkan dukungannya terhadap inisiatif ini dan menekankan pentingnya perluasan transaksi digital. Sehingga dapat meminimalisir penggunaan uang kertas secara langsung.

“Kebetulan Pemkot Probolinggo sejak 2017 silam sudah menggunakan transaksi digital. Untuk Gaji, pembayaran pajak dan lain sebagainya,” ungkap Ninik.

Diharapkan pelatihan ini dapat membantu memaksimalkan penggunaan transaksi digital serta meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama generasi muda, dalam menjaga dan menghargai nilai uang rupiah. (lai/saw)