Penjual Kerupuk Asal Probolinggo, Berjuang dengan Sakit Menuju Tanah Suci

940

Surabaya (WartaBromo.com) – Di tengah hiruk-pikuk persiapan keberangkatan jemaah haji di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, terlihat seorang wanita berjalan tertatih-tatih menuju Masjid Al Mabrur.

Sosok tersebut adalah Nur Hasanah (49), jemaah haji kloter 43 asal Probolinggo, yang meskipun mengalami cedera di kaki akibat syaraf terjepit, tetap semangat menunaikan kewajiban shalat.

Nur Hasanah menceritakan bahwa ia telah disarankan oleh dokter untuk menjalani operasi. Namun ia menolaknya demi bisa berangkat haji.

“Saya disarankan dokter untuk melakukan operasi tetapi saya menolak karena mau berangkat haji. Kalau sudah pulang nanti, saya konsultasikan lagi,” tutur Hasanah di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), Jumat (24/5/2024).

Sehari-hari, Hasanah berjualan kerupuk di Pasar Wonoasih, Probolinggo. Ia mengisahkan bahwa setiap hari dirinya bangun dini hari untuk menggoreng dan mengemas kerupuk dagangannya.

“Saya berjualan kerupuk renteng di pasar mulai jam 3 dini hari sampai jam setengah 10 pagi. Ya tergantung ramai atau tidaknya. Kalau sepi, jam 9 saya sudah pulang,” ujar ibu dari tiga anak ini.

Baca Juga :   Dengan Pisang, Santri PP Azidan Belajar Jadi Pengusaha

Dengan harga berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 25.000 per 10 biji, pendapatan Hasanah dari berjualan kerupuk memang tidak selalu menentu.

“Kalau lagi ramai, uang penjualannya bisa Rp 1,2 juta, tetapi jika sepi kadang dapat Rp 500.000 sampai Rp 600.000. Itu kotornya,” jelasnya.

Meskipun kondisi ekonomi yang tidak menentu, Hasanah dan suaminya, Kholili (59), tetap bertekad untuk menunaikan ibadah haji. Mereka mulai mendaftar haji pada 2011 dengan bantuan dana talangan dari BMT Syariah.

“Saat itu, saya punya uang sebelas juta, kurang 14 juta, saya pun pinjam ke BMT. Dalam waktu satu tahun, saya bisa melunasi hutang saya di BMT,” kenang Hasanah.

Baca Juga :   Demo Tolak Omnibus Law, 6 Mahasiswa di Probolinggo Terluka

Untuk persiapan dana haji, ia rutin menabung di BMT setiap hari. “Setiap hari saya menabung kadang 5 ribu, kadang 10 ribu. Tiap hari Jumat libur. Ketika nabung pada hari Sabtu, saya nabung untuk jatah dua hari,” tambahnya.

Kisah perjuangan Hasanah berjualan kerupuk hingga akhirnya bisa berangkat haji sangat menginspirasi. “Alhamdulillah barokah, sambil dibantu suami saya bertani saat itu. Kalau sekarang suami sudah tidak kerja lagi karena sakit stroke,” jelasnya.

Meskipun harus berjalan dengan bantuan, Hasanah sudah siap lahir batin untuk berangkat haji. “Yah kondisi saya seperti ini, susah jalan. Suami saya juga sudah 3 tahun ini sakit stroke tetapi Alhamdulillah kami bisa berangkat,” ucapnya penuh syukur.

Nur Hasanah dan Kholili mestinya berangkat bertiga bersama ibunda mereka. Namun takdir berkata lain, sang ibunda telah mendahului menghadap Ilahi.

Baca Juga :   KPU Kota Probolinggo Prioritaskan Eks Penyelenggara

Di tanah suci nanti, Nur akan memanjatkan doa terbaik untuk ibunda tercinta. Serta untuk anak-anak dan keluarganya di tanah air. Ia juga berharap untuk kesembuhan dirinya dan suaminya. “Semoga diijabah Allah SWT,” harapnya.

Pj Wali Kota Probolinggo, Nurkholis berharap para calon haji asal Kota Probolinggo selalu sehat dalam menunaikan Rukun Islam tersebut. Sebab, pelaksanaan haji juga membutuhkan ketahanan fisik.

Ia juga berpesan agar sesampai di tanah suci, menjadi tamu Allah yang baik, penuh khusyuk, sabar dan tawakal. Serta mengikuti pedoman haji, agar syarat rukun dan wajib haji berjalan lancar sesuai syariat.

“Niatkan untuk beribadah dan berpasrah. Semoga juga panjenengan semua diparingi sehat, kelancaran, dan pulang dengan gelar haji mabrur,” ucap Nurkholis kala melepas rombongan haji asal Kota Probolinggo pada Selasa (21/5/2024). (saw)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.