Sate Klopo Klenteng Kuliner Legendaris Berusia 100 Tahun di Pasuruan

60

Laporan : Akhmad Romadoni

Ketika mendengar kata “sate,” kebanyakan orang mungkin membayangkan sate dengan bumbu kacang yang gurih dan lezat. Namun, di Kota Pasuruan, Jawa Timur, ada satu jenis sate yang unik dan telah bertahan lebih dari satu abad. Inilah Sate Klopo—sate dengan sentuhan parutan kelapa muda yang memberikan cita rasa khas dan tak terlupakan.

Sate Klopo ini menjadi buruan pegawai pemerintahan di Pasuruan, terutama untuk menu sarapan pagi mereka. Tidak sekadar makanan, sate ini adalah warisan kuliner yang kini dikelola oleh generasi keempat keluarga pemiliknya. Juriyah (56), warga Kelurahan Gadingrejo, Kecamatan Gadingrejo, menjadi penerus tradisi ini.

Di pusat Kota Pasuruan, tepatnya di depan Klenteng Tjoe Tik Kiong, Jalan Lombok, Kelurahan Trajeng, terdapat sebuah warung kecil yang menjajakan sate legendaris ini. “Ini sudah mau habis, tadi bawa sekitar 300 tusuk sate,” ujar Juriyah sambil tersenyum saat ditemui WartaBromo.com pada Sabtu (9/11/2024).

Setiap pagi, Juriyah bersama anaknya setia berjualan di sana. Dengan gerobak biru sederhana, mereka melayani pelanggan yang datang dari berbagai kota, seperti Jakarta, Surabaya, Malang, dan Situbondo. “Biasanya pegawai Pemkot Pasuruan ke sini rombongan, bisa pesan 200 tusuk untuk makan bersama,” tambahnya.

Sate Klopo ini bukan hanya disukai oleh warga lokal, tapi juga menarik wisatawan yang rela datang jauh-jauh demi menikmati kelezatan autentik sate ini. Hajah Mariamah (50), pelanggan setia yang sudah puluhan tahun menikmati Sate Klopo, menyatakan keunikan rasa yang tak berubah sejak dulu. “Yang beda memang ada kelapanya ini, khas banget. Sate klopo, satenya itu nggak alot, empuk nikmat sekali,” katanya.

Rasa bumbu kacang yang gurih menjadi daya tarik tersendiri bagi para penikmatnya. “Kalau saya mesti minta bumbu yang banyak, itu sangat enak sekali,” ujar Mariamah, warga Kelurahan Mandaran, Kecamatan Panggungrejo, sambil tersenyum.

Komentar serupa juga datang dari Teguh Hidayat (59), pelanggan lama yang sering datang bersama keluarganya. “Jualannya dari dulu di situ, ciri khasnya ini di depan klenteng, sate klenteng, sate klopo mantab banget rasanya,” tandas Teguh. Ia juga menambahkan, “Harganya juga nggak mahal, dengan rasa kelas seperti itu.”

Sebagai penerus usaha keluarga selama lebih dari 30 tahun, Juriyah terus mempertahankan resep asli keluarganya. “Ibu saya namanya Sayuri, itu resep dari ibu saya, dari dulu jual di sini. Generasi keempat sudahan saya,” ungkapnya.

Proses pembuatannya sederhana, namun penuh perhatian. Daging sapi segar dipilih dengan cermat di pasar, kemudian diambil bagian otot-ototnya yang masih utuh. Setelah itu, potongan daging diurap bersama kelapa muda parut dan ditusuk menjadi sate siap bakar.

“Kalau daging sih pilih yang segar, otot-otot itu diambili dulu, terus yang utama diurap sama kelapa,” jelasnya. Juriyah menyimpan beberapa rahasia dalam bumbunya yang membuat sate ini berbeda dari yang lain.

Dalam sehari, Juriyah membawa sekitar 300 tusuk sate, dan di akhir pekan, ia bisa menjual hingga 500 tusuk sate dengan menghabiskan sekitar 5 kilogram daging. Sate ini dijual dengan harga antara Rp22.000 hingga Rp25.000 per porsi dan sering disantap bersama soto daging hangat sebagai pelengkap.

Namun, bagi yang ingin mencicipinya, harus datang lebih awal, karena Juriyah hanya berjualan dari pukul 6 hingga 8 pagi. “Kalau mau beli agak pagi ya, dua jam aja habis kadang,” ungkapnya.

Sate Klopo Pasuruan bukan sekadar kuliner biasa; ini adalah bagian dari sejarah dan simbol tradisi yang bertahan hingga kini. Di tengah perubahan zaman, sate ini terus menyajikan cita rasa otentik yang menghubungkan generasi demi generasi, menjadi warisan yang tetap hidup di lidah para pecintanya. (yog)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.