Mencermati Rendahnya Indeks Pengelolaan Sampah

892

Laporan: Asad Asnawi

HARI masih pagi saat sekelompok remaja tiba di pinggir Sungai Bulusari, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, beberapa pekan lalu. Sejenak kemudian, mereka menuruni sempandan untuk masuk ke badan sungai.

Pagi itu, Ecoton, lembaga konservasi lahan basah memang menggelar kegiatan bersih-bersih Kali Bulusari, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Kegiatan itu juga diikuti sekitar 20 peserta dari Relawan Sungai Nusantara dan juga Thebodyshop. Beberapa warga setempat juga ikut terlibat dalam kegiatan ini.

“Sungai Bulusari dipilih karena hasil pengamatan kami sebelumnya, banyak sekali sampah yang nyangkut di pohon. Padahal, sungai juga terhubung dengan sub DAS Brantas,” terang Prigi Arisandi, direktur utama Ecoton.

Irsyad, salah satu warga setempat mengungkapkan, dua dasawarsa lalu, sungai yang berhulu di pegunungan Penanggungan dan Welirang ini relatif bersih. Warga sekitar bahkan memanfaatkannya untuk lokasi memancing.

Baca Juga :   Ini Rumput Pencegah Longsor

Tetapi, kegiatan itu kini tak lagi terlihat. Banyaknya sampah serta limbah industri yang dibuang ke lokasi membuat sungai yang melintas dari Trawas, Kabupaten Mojokerto hingga Gempol ini diduga tercemar.

“Dulu masih bersih, banyak ikannya, udang juga. Tapi, sekarang sudah tidak ada, mungkin karena tercemar karena di atas kan banyak industri, ada tekstil juga,” katanya kepada di sela kegiatan, beberapa waktu lalu.

Alasan itu pula yang membuat ia dan juga warga yang lain turut dalam kegiatan bersih-bersih sungai. Meski tidak serta merta mengembalikan kondisi sungai seperti semula, ia berharap kegiatan itu bisa menjadi contoh yang baik bagaimana menjaga sungai.

Banyak Sampah Plastik

Sekitar enam jam menelusuri sungai, sepupuh karung besar sampah berhasil dikumpulkan. Sebagian besar merupakan sampah plastik yang banyak nyantol, tersangkut pepohonan di pinggiran sungai. Saking banyaknya sampah yang tersangkut, peserta bahkan memberinya sebutan “pohon plastik.”

Baca Juga :   Konservasi Keanekaragaman Hayati, Aqua Serahkan 30 Ribu Bibit

Kholid Basyaiban, koordinator aksi operasi pohon plastik menyebut, keberadaan sampah plastik tersebut dinilai berbahaya bagi ekosistem sungai. Sebab, plastik-plastik tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel kecil alias mikroplastik karena terpapar matahari.

“Mikroplastik ini yang kemudian akan menganggu plankton yang merupakan sumber makanan ikan dan ekosistem sungai sekitar,” tegas Kholid. Padahal, di muara sungai, banyak warga yang memanfaatkan DAS sungai ini untuk perikanan.

Selain itu Kholid juga mengungkapkan bahwa sampah plastik yang nyantol di pohon dan akar di bantaran sungai akan berpotensi menyebabkan pohon-pohon tersebut mati. Yang pada akhirnya memicu terjadinya erosi.

Aksi bersih-bersih itu sendiri dilaksanakan dengan membagi peserta ke dalan empat kelompok kecil. Masing-masing kelompok bertugas membersihkan sampah yang banyak memenuhi akar pepohonan.

Baca Juga :   Hujan Deras di Bromo, Jalur Pantura Pasuruan Kebanjiran

Dari sepuluh karung sampah yang terkumpul, plastik kresek, sachet serta kemasan merupakan yang terbanyak. Di urutan kedua, adalah popok dan pembalut, serta ragam pakaian dalam. Seperti bra.

Yunier Humairoh Ningtyas, perwakilan Brigade Peduli Lingkungan mengatakan, banyaknya sampah plastik serta perlengkapan badan yang ditemukan mengindikasikan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya masih rendah.

“Padahal, yang seperti ini bukan hanya merugikan lingkungan. Tetapi juga kehidupan manusia itu sendiri,” ungkap Yunier. Sampah-sampah tersebut akan banyak menimbulkan masalah ketika terbawa arus hingga ke laut.

Rosa, mahasiswa Ilmu Untag Surabaya yang turut dalam kegiatan tersebut mengungkapkan, aksi bersih-bersih sungai akan terus dilakukan bersama jejaringnya.