Mencermati Rendahnya Indeks Pengelolaan Sampah

892

Paling tidak, melalui aksi itu, ia dan jejaringnya dapat berkontribusi mengurangi sampah yang terbawa ke laut. “Kami berharap dapat mengurangi sampah plastik yang ada di sungai. Karena menurut penelitian World Bank, ada 2,6 juta sampah per tahun yang terbawa ke laut.”

Baru Diterapkan sejak 2020

Secara umum, pengelolaan sampah masih menjadi persoalan serius di tingkat nasional. Indeks Kinerja Pengelolaan Sampah (IKPS) yang efektif mulai diberlakukan sejak 2020 lalu belum memenuhi target yang dipatok pemerintah.

Sebagai catatan, untuk pertama kalinya bersamaan dengan musim pandemi, pemerintah mulai menerapkan IKPS sebagai instrumen pengelolaan sampah secara menyeluruh. Indeks ini tidak hanya mengukur efektifitas dan efisiensi pengelolaan dan pengurangan timbunan sampah.

Tetapi, juga dari sisi tata kelola (governance). Meliputi kebijakan Sumber Daya Manusia (SDM), Anggaran serta tingkat pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap pengelolaan sampah.

Baca Juga :   Ini Rumput Pencegah Longsor

Merujuk dokumen Laporan Kinerja KLHK 2020, hasil penilaian IKPS, indeks yang capai pemerintah hanya mencapai 49,44 poin. Jauh lebih rendah dari target yang dipatok sebesar 61 poin. “Artinya, pengelolaan sampah di Indonesia masih menjadi tantangan untuk diselesaikan ke depan,”

KLHK mengakui, ada banyak pihak yang terkait dengan persampahan. Karena itu, membangun sinergi antar stakeholder menjadi salah satu agenda utama dalam rangka mengejar target IKPS.

Selain itu, pemerintah juga akan terus mendorong pemanfaatan sampah guna mendukung ekonomi sirkular yang dinilai semakin terlihat. Misalnya, melalui pengelolaan bank sampah.

Sejauh ini pengelolaan bank sampah menunjukkan tren positif dalam kurun enam tahun. Pada 2015 dan 2016, jumlah sampah yang terkelola melalui bank sampah mencapai 1,9 ton.

Baca Juga :   Konservasi Keanekaragaman Hayati, Aqua Serahkan 30 Ribu Bibit

Jumlah tersebut meningkat menjadi 1,38 juta ton pada 2017. Bahkan, pada 2018 dan 2019, volume sampah yang terkelola mencapai 3,38 juta ton. Dan pada 2020 lalu, meningkat menjadi  4,31 juta ton.

Meningkatnya volume sampah yang terkelola sejalan dengan jumlah timbunan sampah yang terkurangi. Pada 2015 dan 2016 lalu, timbunan sampah yang terkurangi mencapai 1,12 dan 1,3 juta ton. Kemudian, meningkat menjadi 1,39 dan 1,81 juta ton pada 2017-2018. Pada 2019, jumlah timbunan sampah yang terkurangi bahkan mencapai 7,34 juta ton. Dan menurun pada 2020 lalu menjadi 4,36 juta ton.

Manfaatkan Bank Sampah

Di Kabupaten Pasuruan, guna mendukung program ekonomi sirkular, Pemkab setempat mencanangn program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB). Tapi sayang, progresnya belum maksimal.

Baca Juga :   Hujan Deras di Bromo, Jalur Pantura Pasuruan Kebanjiran

Berdasar data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat, dari 365 desa/kelurahan yang ada, baru 60 desa/kelurahan yang telah menjalankan program tersebut dengan jumlah bank sampah 172 unit.

Kepala DLH, Heru Farianto mengakui hal itu. Kendati demikian, jumlah bank sampah yang terbentuk meningkat dibanding tahun 2018, awal ketika program tersebut dicanangkan. Dari 132 unit, kini menjadi 172 unit.

Pihaknya berupaya mengedukasi dan terus mendorong  kepada masyarakat untuk memanfaatkan keberadaan bank sampah. Sebab, selain menjadi bagian menjaga lingkungan, secara ekonomi juga menguntungkan.

“Mudah-mudahan, di 2023 nanti, semua desa dan kelurahan sudah terlibat di program ini,” ungkapnya. (*)