Jakarta (WartaBromo.com) – Salah satu stasiun televisi nasional swasta, Trans7, dilaporkan menjadi korban kebocoran data. Informasi ini pertama kali diungkap oleh situs keamanan siber DailyDarkWeb.net, yang melaporkan adanya klaim dari seorang threat actor di forum dark web terkait pembobolan data milik perusahaan media tersebut.
Menurut laporan itu, pelaku mengaku telah berhasil mendapatkan basis data sebesar 1,1 GB yang berisi informasi sensitif milik Trans7. Dalam unggahan di forum, pelaku juga menyertakan peringatan bahwa seluruh data akan dipublikasikan apabila tuntutannya tidak dipenuhi.
“Pelaku ancam akan membocorkan seluruh basis data jika pihak Trans7 tidak memenuhi permintaan mereka,” tulis DailyDarkWeb.net dalam laporannya.
Data yang diklaim berhasil dicuri mencakup berbagai informasi pribadi yang tergolong sensitif atau personally identifiable information (PII). Beberapa kategori data yang disebut bocor antara lain: Nama lengkap; Tempat dan tanggal lahir; Jenis kelamin ; Alamat (alamat KTP dan alamat domisili) ; Nomor telepon dan ponsel ; Nomor Induk Kependudukan (NIK) ; Status pernikahan dan agama ; Golongan darah dan postur tubuh ; Hobi ; Akun media sosial ; Alamat email ; Riwayat pendidikan lengkap (nama sekolah, jurusan, IPK) ; Riwayat organisasi dan pekerjaan (jabatan, gaji, alasan keluar).
Kebocoran data ini menjadi sorotan karena melibatkan volume besar dan informasi yang sangat detail, termasuk data internal perusahaan dan karyawan. Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Trans7 terkait dugaan insiden tersebut.
Menariknya, dugaan kebocoran data ini muncul di tengah kontroversi besar yang melibatkan program Xpose Uncensored di stasiun televisi yang sama. Tayangan tersebut menuai gelombang kritik publik setelah menayangkan episode yang menyorot kehidupan pesantren dan sosok KH Anwar Manshur, pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiat Kompleks Lirboyo, Kediri.
Episode yang tayang pada 13 Oktober 2025 itu dinilai menampilkan narasi tidak proporsional dan bernada negatif. Dalam tayangan tersebut, KH Anwar Manshur digambarkan hidup bermegah-megahan dan menerima amplop dari santri, sementara tradisi penghormatan santri terhadap guru justru dipersepsikan secara keliru. (red)