Kenalkan, Batik Salwon Asli Wonosari

952

blakraan_batik salwon1-650x450Gondangwetan (wartabromo) – Sambil mengasuh putra-putrinya, sejumlah ibu di Desa Wonosari duduk melingkari malam yang tengah dipanaskan dalam wajan mini di atas tungku kecil. Bergantian, tangan kanan wanita-wanita itu, mencelupkan cantingnya dan menggoreskannya ke kain yang dipegang tangan kirinya.

Membatik, itulah aktivitas yang dilakukan ibu-ibu di Desa Wonosari yang tergabung dalam kelompok Sari Jaya Kreasi. Sudah setahun lebih, para wanita itu menekuni kerajinan batik yang didapatkannya selama mengikuti pelatihan yang diberikan oleh Pemkab Pasuruan.

Setiap hari, secara bergantian di waktu senggangnya seusai mengerjakan kewajiban di rumah, mereka mendatangi Balai Desa Wonosari. Sambil mengawasi putra-putrinya bermain, para wanita kreatif tersebut, dengan telaten membatik.

Baca Juga :   Pj Wali Kota Berharap Pelantikan Kepala Daerah Terpilih Dipercepat

“Anggotanya masih belum banyak, baru 15 orang saja. Karena baru satu kelompok ini yang mendapat pelatihan selama setahun terakhir ini. Jika sudah mahir, keahlian yang dimiliki akan ditularkan ke ibu-ibu yang lain,” kata Farkhiah, salah seorang ibu muda, beberapa waktu lalu.

Meski baru setahun menekuni kerajinan batik, ibu-ibu muda ini sudah menghasilkan batik bermotif khas yang menjadi unggulannya. Yakni batik motif Salwon, singkatan dari Salak Wonosari yang menjadi produk khas pertanian Desa Wonosari.

“Gambar-gambar batiknya berupa buah salak khas Desa Wonosari. Makanya kami menyebutnya batik motif Salwon itu,” ujar Khoiriyah.

Memang baru setahun para ibu muda ini belajar membatik, namun mereka sudah merasakan memperoleh manfaat dari keahlian yang ditekuninya. Selain waktu luang tidak terbuang percuma, mereka memanfaatkannya untuk membatik dan mendapat tambahan rejeki.

Baca Juga :   Tak Mau Jadi Anggota KPPS, Warga Suwayuwo Boikot Pemilu

Untuk seorang wanita, dalam waktu sebulan, mereka bisa membatik beberapa lembar kain berukuran 1,25 meter X 2 meter.

“Pemasarannya sementara ini masih kalangan tertentu. Terutama para perangkat desa dan kecamatan serta sejumlah tokoh masyarakat saja,” terang Nanik. (hrj/hrj)