Menikmati Pia Hangat di “Kampung Bakpia” Warurejo

3878

IMG-20151230-WA0034-650x450Gempol (wartabromo) – Industri makanan rakyat terus berkembang di Kabupaten Pasuruan. Salah satunya yakni industri kue bakpia di Desa Kejapanan, Kecamatan Gempol.

Jika melintas di sekitar tol Gempol-Pandaan, plang besar “Kampung Bakpia” terpasang di Dusun Warurejo, Desa Kejapanan, Kecamatan Gempol. Di dusun ini mayoritas warganya terlibat dalam produksi kue bakpia yang sudah jadi produksi massal sehingga bisa menyerap banyak tenaga kerja terutama kaum perempuan.

Sedikitnya ada 60 merek bakpia yang tersebar di “Kampung Bakpia” ini. Dalam sehari kampung ini menghasilkan sedikitnya 450.000 pia dengan beragam rasa.

Masing-masing rumah produksi pia bisa mengola antara 50 kg hingga 300 kg tepung setiap hari dan menghasilkan 5000-30.000 pia.

Baca Juga :   'Pak Sopir Hati-Hati, Angkut Kayu Bisa Dibui'

Datang ke “Kampung Bakpia” komsumen bisa merasakan kenikmatan kue mini ini dengan kualitas fresh from the oven. Konsumen bisa menikmati aneka rasa pia saat masih hangat.

Industri rumahan pia di Warurejo mulai dikembangkan sejak 2011. Saat ini produk pia Warurejo dipasarkan ke seluruh Jawa Timur, Bandung, Bali, Jogjakarta, NTT hingga Papua.

IMG-20151230-WA0033-650x450Srianah (32), salah satu pemilik usaha rumahan pia, mengatakan langganannya bahkan dari Jakarta hingga Sumatera.

“Pia produksi saya bermerek Pia Marhen. Memiliki aneka rasa, mulai dari strowbery, coklat, coklat kacang ijo, kacang ijo, coklat pisang, tape, dan keju. “Saya jual mulai dari harga Rp 4.500 sampai Rp 15.000 per kotak,” kata Srinah.

Baca Juga :   Hadapi PS Sumbawa Barat, Persekap Kota Pasuruan Unggul 4 - 0

Bahkan Pia Marhen milik Srinah sudah membuka cabang di Jombang dan Surabaya. Pia produksinya dikirim ke seluruh wilayah di Jawa Timur, kecuali Kediri dan Tulungagung. “Per hari bisa memproduksi 1000 bungkus,” pungkas Srinah.

Keberadaan industri rumahan pia selain meningkatkan ekonomi warga, juga bisa menekan pengangguran. Srinah sendiri memiliki 9 karyawan yang semuanya merupakan ibu rumah tangga.

“Ibu-ibu bisa terbantu ekonominya karena banyak yang ditinggal suaminya bekerja di luar kota,” jelas Srinah. (fyd/fyd)