Perjuangan Berat Perajin Gerabah ‘Melawan’ Musim Hujan

1545

Besuk (wartabromo) – Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo dikenal sebagai sentra kerajinan gerabah. Ratusan perajin peralatan tradisional ini tetap bertahan meski pasar mulai disesaki peralatan modern.

Foto: Sundari AW
Foto: Sundari AW

Musim, ketersediaan bahan baku, peralatan serta pangsa pasar menjadi kendala yang harus ditaklukkan ‘manusia-manusia tanah liat ini’.
Bagaimana para perajin gerabah ini bisa bertahan puluhan tahun dengan berbagai kendala yang ada?

wartabromo.com, berkunjung ke sentra kerajianan gerabah di Dusun Pan-pan, Desa Alaskandang, Jumat (7/10/2016).

Tampak seorang ibu paruh baya dengan tergesa-gesa keluar dari rumahnya, karena hujan mulai turun. Ia lantas menuju hamparan berbagai gerabah jenis cowek yang sedang dijemur. Dia dengan cekatan memunguti satu per satu gerabah setengah jadi tersebut.

Baca Juga :   Becak Motor di Kota Probolinggo Diamankan Polisi

“Sehari-hari begini kalau musim hujan,” kata, perempuan bernama Subaida (50).

Menurutnya, hujan menjadi kendala utama dalam usahanya. Cowek akan rusak jika terkena gerimis meski hanya sebentar. Karenanya, cowek yang keringnya cukup, harus disimpan di tempat yang tidak bocor.

“Kalau dibiarkan maka gerabah itu akan hancur, dan akan menjadi lumpur lagi belum dibakar. Karena itu belum dibakar,” terangnya.

Subaida menyebut, kalau usaha yang digelutinya ini sudah berlangsung turun temurun. Meski demikian ia dan perajin yang lain belum mendapatkan jalan keluar yang efektif ketika memproduksi di musim penghujan.

Menurut Subaida, saat ini pesanan cukup banyak. Karena terkendala musim hujan dan kurangnya panas matahari, para perajin, tidak dapat memenuhi permintaan pembeli.

Baca Juga :   Cerita Bu Kades Cantik Pendiri Cafe Pocong

“Kami tidak berani membakar cowek yang kekeringannya kurang, soalnya rusak dan kwalitasnya jelek. Kalau itu dilakukan, kami tambah rugi,” ujarnya.

Dari 17 desa di wilayah di Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo, terdapat tiga desa yang menjadi sentra perajin gerabah. Yaitu, Desa Alassumur Lor, Alaskandang, dan Desa Besuk Kidul. Untuk Desa Alaskandang sendiri, ada sekitar 600 perajin gerabah, terutama cowek.

Hampir seluruh perajin, di saat musim penghujan, kelimpungan meladeni pesanan pembelinya terutama dari luar daerah, karena terkendala pengeringan.

“Penjemuran biasanya memakan waktu dua hari, saat musim kemarau. Di musim penghujan menjadi empat hari, bahkan lebih,” pungkas Subaida (saw/fyd)