48 Hektare Tanaman Cabai Dipanen Dini

1084

Paiton (wartabromo.com) – Akibat curah hujan tinggi, petani cabai di Kabupaten Probolinggo terpaksa memanen tanaman cabai mereka lebih awal. Padahal tanaman cabai tersebut berumur masih muda. Hal ini dilakukan guna menghindari kerugian.

Seperti dialami petani cabai, di Desa Randu Tatah, Kecamatan Paiton. Para petani terpaksa memanen muda tanaman cabai mereka, akibat intensitas hujan yang sangat tinggi.

Untuk menghindari kerugian besar, petani terpaksa memetik cabai yang masih berwarna hijau. Meskipun saat ini, harga cabai hijau memang lebih murah yakni seharga Rp 14 ribu per kilogram. Padahal, jika dipanen saat berumur tua atau berwarna merah harganya mencapai Rp 2400 per kilogram.

“Ya terpaksa panen muda untuk menghindari kerugian. Karena cabai yang terkena penyakit ini tidak akan kuat bertahan hingga tua dan merah, buahnya akan rontok,” tutur Abdul Azis, salah satu petani, Selasa (20/12/2016).

Baca Juga :   Babak Pertama Final Liga 3 Jatim, Persekabpas Tertinggal 0-1 dari Persiga

IMG_20161220_143243Desa Randu Tatah ini merupakan desa sentra penghasil cabai yang ada di Kabupaten Probolinggo. Saat ini, terdapat sekitar 48 hektar lahan pertanian cabai yang rusak akibat terdampak anomali cuaca yang terjadi belakangan ini.

Dalam kondisi normal, untuk lahan seluas 1 hektare mampu menghasilkan 7 ton dalam setiap panen. Namun, sekarang karena kena cacar hanya bisa panen 1,75 ton saja. Biasanya panen ini dilakukan dalam kurun waktu 5 hari sekali. Walau harga cabai di pasaran tinggi, tetap petani rugi karena produksi berkurang sampai 75%-nya. Kondisi ini ditambah dengan biaya obat dan pemeliharaannya yang semakin tinggi.

Menurut Abdul Muni, rekan sejawat Abdul Azis, akibat dampak cuaca buruk juga membuat sejumlah tanaman cabai milik petani layu dan mati. Genangan air yang memenuhi areal lahan tanaman membuat akar tanaman cabai busuk.

Baca Juga :   Idul Adha, Stok Daging Sapi di Pasuruan Aman

“Rata-rata rusak terkena cacar buah, sementara yang mati karena curah hujan tinggi. Karena sudah rusak, petani terpaksa panen dini,” katanya. (saw/fyd)