Sukapura (wartabromo.com) – Ribuan warga Suku Tengger melaksanakan upakara Pujan Kesanga, Kamis (20/4/2017) malam. Ritual ini bertujuan untuk memohon kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar selalu diberi keselamatan.
Menurut Supoyo, salah satu tokoh Suku Tengger, upakara ini dilaksanakan sekali dalam setahun. “Setiap panglong ke sanga atau sembilan pada bulan Kesanga berdasarkan perhitungan kalender Tengger,” ujarnya di sela-sela ritual.
Upakara ini diawali dengan pujan atau doa-doa di setiap rumah kepala desa yang berada di lereng Gunung Bromo, baik yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan Malang. Dukun pandita melanjutkan puja-puji kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Pujan yang disebut resik ini didukung dengan sarana berupa tumpeng, panggang ayam, bunga tawur panca warna dan lainnya.
Kemudian upakara ini dilanjutkan dengan puja mantra di balai desa oleh dukun pandita. Sesuai japa mantra, sembilan penjuru alam merupakan manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa dalam bentuk para dewa atau yang dikenal sebagai Dewata Nawa Sanga. Yakni, Dewa Wisnu, Sambu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangakara dan Siwa.
Sarana upakara berupa tumpeng dan ayam panggang yang telah dimantrai kemudian ditanam di depan balai desa. Setelah itu, ritual ini dilanjutkan acara keliling desa dengan mengarak obor yang diiringi musik ketipung.
“Tujuan ini adalah untuk membina harmonisasi dengan sang pencipta. Kemudian menjaga keselarasan hubungan antara sesama umat manusia serta dengan alam,” terang Supoyo.
Saat keliling desa, tak hanya obor dan musik ketipung yang dimainkan, warga juga mengarak ogoh-ogoh. Ada juga cangkul, sapu lidi dan daun gedor yang diseret sembari menaburkan bunga. “Harapannya semoga desa ini dijauhkan dari segala penyakit. Hasil panen melimpah dan warga semakin makmur,” kata Sumarwoto, warga Desa Jetak, Kecamatan Sukapura. (saw/saw)
