Cengkrama Ceria Bikers di Jamnas ke-4 KNCI

2307

Pandaan (wartabromo.com) – Melihat wajah-wajah ceria dalam cengkrama bikers pada Jambore Nasional (Jamnas) ke-4 Kawasaki Ninja Club Indonesia (KNCI) sepertinya bakal larut juga dalam sukacita. Tapi siapa sangka, senyuman mereka adalah tebusan dari buah tarikan gas serta perjuangan melelahkan nan panjang.

Lelah itu telah mendera mental dan fisik meskipun akhirnya mampu berkumpul di Taman Candra Wilwatikta Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Sabtu (12/8/17).

Menurut mereka, ini semacam panggilan wajib, sebagaimana diakui oleh Ricky, bikers asal Jakarta.

“Bagi saya dan anggota, kegiatan ini wajib, sebab kami ingin bertemu dengan pendiri KNCI dan silaturrahmi dengan anggota seluruh Indonesia,” ungkap Ricky.

Pria yang juga ketua KNCI Jakarta itu mengungkapkan, telah menghabiskan terlalu banyak waktu, meskipun akhirnya menjadi salah satu bikers yang beruntung, karena bisa berkumpul dengan lainnya.

Baca Juga :   Doa Dari Genggong, untuk Jamaah Haji dan Korban Gempa Lombok

Pada jambore tahun ini, berada di Tuban baginya adalah ujian. Pasalnya, satu bikers terjatuh.
Beruntung tidak ada luka serius, namun motor ninja kebanggan, mengalami kerusakan.

“Di bagian bostep dan handle koplingnya patah. Kami coba ganti onderdil, ternyata di Tuban tidak ada. Terpaksa nginap, menunggu onderdil dari Lamongan,” jelasnya.

Peristiwa yang dialami rombongan berjumlah 27 bikers Jakarta itupun membuat waktu yang ditempuh jadi kian panjang menjadi tiga hari. Padahal ia menghitung OTW Jakarta-Pasuruan biasa ditempuh selama satu hari setengah.

“Syukurlah akhirnya kita sampai. Yang penting fisik dan lainnya siap,” ujar Ricky.

Lain lagi Muhammad Rosady, Ketua KNCI Kalimantan Selatan. Semangat ingin tahu wisata alam dan budaya Pasuruan, khususnya di sekitar Gunung Bromo menjadi dasar, bikers anggotanya turut dalam Jamnas ini.

Baca Juga :   Wanita Asal Perum Tiara Candi Tewas dalam Kondisi Tidak Wajar

“Bersama 35 anggota. Ingin melihat kebiasaan setiap harinya masyarakat di Pasuruan,” kata Rosady.

Namun, keinginan sederhana itu juga harus melalui perjalanan berliku. Menempuh perjalanan darat di pulaunya kemudian melanjutkan via kapal laut hingga berhasil menyebrang pulau, tiba di Surabaya.

Rasa pening efek laut barangkali juga masih ada.
Tapi tetap saja dengan tunggangan besi kawak-nya, perjalanan kembali bersambung menyusuri aspal dan hadapi asap kendaraan hingga akhirnya berkumpul dan menikmati kegembiraan.

“Perjalanan selama 2 hari. Lebih banyak di tengah laut,” ujarnya diteruskan senyum. (*/*)