Antisipasi Longsor, Pemangku Hutan Diminta Tak Beri Ijin Tebing Jadi Lahan Baru Pertanian

890

Pasuruan (wartabromo.com) – Pemerintah melalui BPBD Kabupaten Pasuruan, meminta kepada pemangku hutan, Tak berikan ijin membuka lahan di tebing perbukitan untuk bercocok tanam. Permintaan dilakukan sebagai salah satu antisipasi terjadinya bencana tanah longsor yang kerap terjadi di wilayah pegunungan maupun perbukitan.

Kepala BPBD Kabupaten Pasuruan, Bakti Jati Permana menyebutkan, selain upaya pembangunan fisik berupa penahan tebing, pihaknya bersama instansi lain, menegaskan saling menjaga pemanfaatan lahan di wilayah perbukitan.

Hal itu termasuk bagian dari komunikasi yang telah dilakukan beberapa waktu terakhir, diantaranya dengan camat yang berada di wilayah pegunungan. Selain juga dengan Perhutani maupun pemangku hutan lain.

“Utamanya terkait pemanfaatan lahan di wilayah perbukitan. Dari Pemda meminta kepada para pemangku hutan, tidak mengijinkan penggarapan lahan di perengan (tebing),” terang Bakti, Kamis (23/11/2017).

Permintaan bernada larangan membuka atau penggarapan lahan untuk bercocok tanam tersebut, merupakan hal pokok yang harus dipatuhi.

Pasalnya dari keterangan terungkap, lahan curam dinilai rentan terhadap longsor dan erosi, apalagi bila terdapat curah hujan tinggi. Sehingga degradasi lahan di kawasan pegunungan selain karakteristik lahan dan cuaca, juga sangat dipengaruhi adanya sistem dan teknik budidaya pertanian.

“Hal lainnya, meminta untuk memperbanyak hutan lindung sekaligus reboisasi di lahan gundul pada musim penghujan,” ungkapnya.

Diwartakan sebelumnya, antisipasi terjadinya bencana tanah longsor, Pemkab Pasuruan telah membangun penahan tebing di wilayah pegunungan dan perbukitan. Setidaknya, terdapat tiga desa di wilayah Kecamatan Tosari dilaporkan telah terdapat penahan tebing.

Selanjutnya, pada musim penghujan kali ini, pihaknya juga telah mempersiapkan personil dan peralatan tanggap darurat. Hal itu sebagai aktivasi tim reaksi cepat (TRC) BPBD di lokasi setiap wilayah Kabupaten Pasuruan yang rawan longsor. (ono/ono)