Syahbandar Wajibkan Kapal Penyebrang Gili-Ketapang Sediakan Life Jaket

1186

Probolinggo (wartabromo.com) – Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Tembaga Kota Probolinggo, mewajibkan kapal penyeberangan melengkapi life jaket. Sebab selama ini, dari 200 kapal dari Gili Ketapang tak satupun yang menyediakan alat keselamatan itu.

Sejak adanya wisata snorkeling, jumlah penumpang dari Tanjung Tembaga menuju Pulau Gili Ketapang, terjadi peningkatan. Namun, tak satupun dari 200 kapal yang melayani penyeberangan yang menyediakan jaket keselamatan (life jacket). Sehingga, hal itu sangat membahayakan keselamatan para penumpang.

“Apalagi warga setempat yang sudah terbiasa dengan lautan, cenderung mengabaikan life jaket atau pelampung. Selain itu, mereka menganggap pelayaran dari Kota Probolinggo ke Gili dan sebaliknya, merupakan perjalanan singkat,” ujar Kepala KSOP setempat, Suryanto, Minggu (14/1/2018).

Baca Juga :   Antisipasi Banjir, Ratusan Hektar Saluran Tambak Dinormalisasi

Mengantisipasi hal buruk, Otoritas pelabuhan kemudian membagikan 40 jaket keselamatan ke sejumlah pemilik kapal. “Pemberian life jaket ini, diharapkan bisa mengurangi jatuhnya korban. Jika suatu saat ada kapal karam terhempas ombak, atau terdampak cuaca buruk. Selain itu, dalam keadaan normal pun tetap harus dipakai. Baik oleh penumpang maupun awak kapal,” kata Suryanto.

Kedepan, semua penumpang wajib memakai jaket itu. Jika ditemukan kapal penyebrangan dengan penumpang penuh dan ada salah satu penumpang tidak mengenakan life jacket, maka KSOP akan memerintahkan kapal tersebut untuk kembali ke dermaga. “Meskipun kapal tersebut sudah sampai ditengah laut. Pengawasan tersebut, dilakukan dengan menerjunkan tim patroli laut,” tandas Suryanto.

Baca Juga :   Aqua Pandaan Siapkan 30 Ribu Tanaman Untuk Reboisasi Lereng Arjuna

Pembagian life jaket ini, ditanggapi positif penumpang, karena merasa lebih aman. Sebelumnya, fasilitas life jaket memang jarang disediakan, jika ada, jumlahnya sangat terbatas. Salah satu penumpang, Azizh mengatakan, ia merasa lebih aman. Selama bertahun-tahun menyeberang, ia tidak pernah memakai life jaket. “Kalau pun ada, juga terbatas jumlahnya. Tidak diberi satu-persatu,” tegasnya. (lai/saw)