Pasokan Daging Ayam Minim dan Mahal, Warga Probolinggo Resah

1371

Probolinggo (wartabromo.com) – Mendekati Bulan Ramadhan harga daging ayam di Kota Probolinggo melambung tinggi. Pedagang dan pembeli resah dengan kondisi tersebut, karena pasokan sangat minim.

Hasil pantauan wartabromo.com, kelangkaan daging ayam potong atau broiler di Pasar Baru Probolinggo sudah terjadi sejak Senin (30/4/2018) lalu. Saat itu, mereka berjualan hanya untuk menghabiskan sisa daging ayam boiller yang dijual seharga Rp 35 ribu per kilogram.

Menurut pedagang, mereka kesulitan menncari ayam potong boiller. Pengepul yang biasa menyuplai setiap hari, kini sudah tidak mendatangi rumahnya. Alasannya, pengepul tidak mendapat suplai dari peternak ayam.

“Katanya sih begitu. Kami sendiri tidak tahu mengapa terjadi seperti ini,” ungkap Mistiya, salah satu pedagang ayam potong, Rabu (2/5/2018).

Baca Juga :   Soal Dualisme Parpol, KPU Kota Pasuruan Tunggu Pusat

Sejak kemarin, sejumlah pedagang daging ayam ada yang libur dan tidak berjualan. Sementara yang berjualan, tidak memasarkan ayam boiller (potong), karena harganya sudah naik menjadi Rp 50 ribu per kilogram, dengan stok yang sangat minim.

Beberapa pedagang pun lebih memilih menjual daging ayam kampung, meski harganya lebih mahal. Terpantau ada emoat pedagang beralih menjual ayam kampung. Keempat pedagang ayam potong itu, seluruhnya berjualan ayam kampung yang disembelih sendiri.

“Kalau kami nunggu daging ayam boiler, tidak dapat penghasilan. Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, kami akhirnya berjualan daging ayam kampung,” ujar Suratmi, pedagang daging ayam.

Pedagang mengaku penjualan daging ayam kampung tidak secepat seperti daging ayam boiller. Jika para pedagang rata-rata menghabiskan 10 potong ayam boiler, untuk ayam kampung sekitar setengahnya, yakni berkisar antara 4 sampai 6 ekor (potong). Penyebabnya, karena harga daging ayam kampung lebih mahal.

Baca Juga :   Abu Gunung Kelud Dirasakan Warga Pasuruan

“Daripada di rumah bengong, kan lebih baik jualan ayam kampung,” keluhnya.

Para pedagang berharap pemerintah daerah turun ke lapangan, agar langkanya ayam potong boiller segera teratasi. Sebab, dampaknya tidak hanya pada pedagang, tetapi juga pada pembeli. Menurutnya, tidak sedikit pembeli, terutama yang berjualan makanan yang lauknya memakai daging ayam boiller.

“Yang jelas kami sudah kemana-mana cari, tapi enggak ada. Padahal banyak pelanggan warung yang mencari ayam goreng di warung kami. Terpaksa gak jualan menu ayam, karena harganya selangit,” tutur Nur Wahyudi, pemilik warung Lakar Sae. (fng/saw)