Iringan Kapal Hias Lepas Calon Haji Gili Ketapang

1705
Sejak puluhan tahun, warga Pulau Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, mempunyai tradisi unik. Yakni ‘Ngater Kajjien’ atau mengantas jamaah calon haji (JCH) dari pulau tersebut. Mereka pun menghias kapal pengantar warga yang berangkat naik haji. Bagaimana tradisinya, yuk simak.

Laporan: Gufron Alamiri, Probolinggo

BERADA di sisi terluar Kabupaten Probolinggo, menjadi tantangan tersendiri warga Pulau Gili Ketapang, saat menunaikan ibadah haji. Sebab, tak ada jembatan yang bisa menghubungkan pulau ini ke pulau Jawa. Alhasil, warga pun menggunakan transportasi laut menuju Pelabuhan Mayangan, Kota Probolinggo.

Tahun ini, ada 18 warga yang menunaikan ibadah haji. Rinciannya 6 calon haji berjenis kelamin perempuan dan 12 orang laki-laki. Jumlah JCH asal Pulau Gili tahun ini naik dibanding tahun 2017 lalu, yang hanya sebanyak 12 jamaah. Ke 18 JCH asal Pulau Gili Ketapang ini, akan bergabung dengan 824 JCH Kabupaten Probolinggo yang akan diberangkatkan di Minitaur Ka’bah Desa Curahsawo, Kecamatan Gending. Mereka tergabung dalam Kloter 27-28, untuk kemudian dilepas ke embarkasi haji Surabaya.

Tak adanya transportasi darat, membuat warga menggunakan kapal nelayan jenis jongrang agar dapat mengantar para tamu Allah SWT itu. Seperti yang dilakukan pada Rabu (25/7/2018) pagi. Ribuan warga mengantarkan 18 anggota jamaah calon haji yang akan berangkat ke Tanah Suci Mekah di Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo. Hampir semua warga pulau terluar dari Kabupaten Probolinggo itu ikut, baik anak-anak hingga lansia juga turut serta.

“Ini memang tradisi. Tradisi haji atau kajjien. Ini sudah biasa orang-orang mengantar dengan perahu yang dihias. Ikut bergembira, sanak saudara kami bisa naik haji, kami ingin mendapat barokah dan segera bisa menyusul naik haji di tahun-tahun yang akan datang,” ujar Aman Jaya, salah satu pengantar.

Uniknya, setiap calon haji diangkut oleh satu kapal jongrang. Kapal yang biasanya digunakan untuk menangkap ikan itu, dihias sedemikian rupa. Aneka warna-warni memenuhi sekujur kapal. Tak lupa, pengeras suara juga dipasang untuk memutar nada-nada ilahi sepanjang perjalanan.

Demi mengantar sanak saudara, warga rela berpanas-panasan mengiring calon haji menyeberangi jarak 5 mil laut atau sekitar 45 menit waktu tempuh perjalanan. Mereka tak mempedulikan ombak yang saat ini cukup besar. Ditambah dengan tiupan angin yang membuat gelombang ombak semakin membesar.

[Simak Videonya: Iringan Kapal Hias Lepas Calon Haji Gili Ketapang }

Bahkan, mereka rela tak melaut demi melestarikan tradisi yang sudah turun temurun itu. Sembari mengharap berkah, suatu saat bisa menyusul ke Tanah Suci.

“Enggak peduli, yang berhaji itu masih kerabat atau bukan. Yang penting ikut,” timpal Sumari, warga lainnya

Suasana haru pecah saat calon jemaah haji akan berangkat menuju titik pemberangkatan, yakni wisata Miniatur Kakbah, di Desa Curah Sawo, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo. Tangis haru dan kalimat tauhid ‘Labbaika allahumma labbaik, Laa syariika laka labbaik, Innalhamda wan-ni’mata laka wal mulk, laa syariikalak’ mengiringi keberangkatan belasan calon haji tersebut.

Kepala Desa Gili, Supariyono menuturkan, demi menyambut tradisi tersebut, sejak Selasa (24/7/2018), warganya sudah tidak bekerja atau melaut. Mereka memilih untuk menghias kapal-kapal pengantar haji, yang akan berangkat pada keesokan harinya. Sejumlah kapal dipercantik dengan beragam hiasan dan aksesoris guna memeriahkan proses pemberangkatannya.

“Sejak kemarin sudah dipersiapkan, sesuai jumlah yang naik haji. Alhamdulillah tadi perjalanannya berlangsung lancar. Kami akan terus melestarikan budaya yang sudah menjadi tradisi bertahun-tahun ini. Berharap tradisi ini mampu menggugah warga yang lain agar selalu ingin menunaikan rukun Islam ini,” tuturnya. (*)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.