15 Hektar Lahan Sayur di Sukapura Rusak

1202

Sukapura (wartabromo.com) – Belasan hektar lahan pertanian di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, rusak dan gagal panen. Kerusakan itu disebabkan oleh embun beku (frost) dan juga kekeringan yang melanda di kawasan Bromo.

Setidaknya ada 15 hektar tanaman sayur rusak dan mati. Padahal tanaman sayur, seperti tomat, bawang pring dan kentang itu, hampir panen. Komoditi pertanian itu gagal tumbuh akibat dampak embun beku alias upas dan juga kekeringan. “Kalau yang punya air, ya disiram. Tapi kalau tidak punya air, ya sudah dibiarkan. Kalau sudah tua dipanen. Tetapi, kalau masih baru dan terdampak, otomatis tidak bisa dipanen,” tutur Sukan, petani asal Desa Ngadirejo.

Baca Juga :   Pria asal Sukodono Sembunyikan 1.000 Pil Koplo di Kamar Mandi

Pria yang akrab dipanggil Pak Ita itu, menuturkan kandungan belerang pada upas, membuat tanaman tidak bertahan lama. Embun upas yang turun di bulan Juli hingga September, menyebabkan petani gagal panen. Sebab, dengan kondisi kekeringan yang terjadi, petani kesulitn air untuk menyiramnya pasca terkena embun beku. “Sebenarnya, pada musim hujan juga ada upas. Tapi, bisa diatasi dengan bantuan air. Kalau musim kemarau yang susah, dari mana mau menyiramnya. Airnya saja tidak ada. Ya dibiarkan merugi,” katanya.

Menurut Camat Sukapura, Yulius Christian, dari 15 hektar tanaman yang rusak dan gagal panen, sekitar 2 hektar lahan pertanian terdampak embun upas. Sementara, 13 hektar lainnya terdampak kekeringan. Belasan hektar lahan itu tersebar di 5 desa, yaitu di Desa Ngadisari, Ngadirejo, Ngadas Sapih, Sapi Kerep dan Pakel.

Baca Juga :   Sesajen Suku Tengger di Proses Hari Jadi Kabupaten Pasuruan

“Untuk yang terkena embun upas yang di Ngadisari timur dan Ngadirejo timur. Sebab daerah yang terkena itu, sesuai dengan hembusan angina Bromo yang saat ini mengarah ke timur. Untuk sisi utara atau barat aman dari embun upas,” ujarnya.

Yulius mengatakan, Dinas Pertanian tidak merekomendasikan bagi petani untuk bertanam pada bulan Agustus-September. Sebab pada bulan-bulan itu, kemarau berlangsung tinggi. Di samping memasuki musim kemarau, embun upas menjadi ancaman serius pada lahan pertanian.

“Nah, itu permasalahannya, cara mencegahnya petani harus rajin menyiramnya. Menyemprot tanpa obat didaunnya. Kendalanya, di Sukapura sedang musim kemarau dan air sulit di dapat,” tandas mantan Kabag Kominfo Kabupaten Probolinggo ini. (cho/saw)