Ratusan Hektar Tembakau Probolinggo Terserang Ker-ker

1151

Probolinggo (wartabromo.com) – Ratusan hektar tanaman tembakau VO (Voor-Oogst) Paiton terserang virus ‘Tobacco Leaf Cwil Virus’ (TLCV). Parahnya, virus yang lumrah disebut Ker-ker itu, menyebar di 5 kecamatan sentra tembakau.

Dalam sebuah wawancara dengan wartabromo.com, ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) setempat, HM. Mudzakkir, menyebutkan 5 dari 7 kecamatan sentra tembakau, terpapar virus TLCV, yakni di Kecamatan Krejengan, Besuk, Gading, Pakuniran, dan Kotaanyar. Diperkirakan ada ratusan hektar lahan yang terserang. Diketahui di 5 Kecamatan itu ada 83 desa, meski tak semua petani di desa itu bercocok tanam tembakau.

“Saya sendiri tidak punya data pasti. Tapi bisa diperkirakan sendiri, karena rata-rata di tiap desa yang menanam tembakau terkena virus itu. Contohnya di Desa Seboro, Kecamatan Krejengan, ada 10 hektar yang terserang virus tersebut. Dari tujuh sentra tembakau, hanya Paiton dan Kraksaan yang aman, itupun bukan berarti tidak ada, namun relatif kecil,” ujarnya, Kamis (30/8/2018).

Baca Juga :   Sore ini, Jama'ah Olong Sarungan Akan Meriahkan Meet N Greet Mustofa Atef

Mudzakkir menuturkan, biasanya serangan virus itu mulai terlihat gejalanya saat tanaman tembakau berumur 1 bulan. Jika terserang virus TLCV, pertumbuhan tanaman tembakau tidak normal. Batang pohon kerdil dengan daun berkerut atau keriting. Sehingga sering disebut penyakit ker-ker (kerdil) oleh petani Probolinggo. “Kalau pun bisa dipanen, maka kualitasnya tidak akan bagus,” imbuh pria asal Desa Jatiurip, Kecamatan Krejengan ini.

Dilanjutkan, dengan adanya serangan virus TLCV, petani tembakau di Desa Opo-opo, menjadi resah. Sebab, akan mempengaruhi hasil produksi tembakau rajangan milik mereka. Padahal selama ini petani sudah melakukan berbagai cara perawatan, agar tanaman produksinya tumbuh dengan baik, seperti oemupukan maupun penyemprotan pestisida.

“Batang tembakau tidak bisa tumbuh dan daunnya tidak mengembang. Padahal saat ini harga tembakau lumayan mahal dan sangat menguntungkan petani. Penyakit ker-ker sudah lama ada, tapi tak ada obatnya,” kata Syahrani. (cho/saw)