Probolinggo (wartabromo.com) – Polemik pembakaran bendera hitam bertuliskan lafadz tauhid masih hangat dan terus diperbincangkan warga, utamanya di dunia maya. Terkait hal itu, Rektor Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton, Abdul Hamid Wahid menduga ada unsur konspirasi dari aksi tersebut.
Abdul Hamid Wahid, mengatakan aksi yang dilakukan anggota Banser Garut itu, bertepatan dengan momen pesta demokrasi. Sehingga hal itu, bisa merusak suasana ketenteraman masyarakat umum. Sementara di lain pihak, ada kelompok lain yang siap siaga memanfaatkan setiap kesalahan itu. Dimana kemudian digoreng menjadi konsumsi publik.
“Jika ditinjau dari sudut pandang politik, bisa jadi aksi itu memiliki unsur konspirasi. Sebab kejadian itu bertepatan pada momen demokrasi, yang mana sebentar lagi negara ini akan merayakan pesta politik untuk memilih orang nomor satu di Indonesia,” ujarnya seusai acara wisuda mahasiswa Unuja di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Minggu (28/10/2018).
Buktinya video pembakaran bendera hitam itu menjadi viral. Bahkan seakan-akan organisaai otonom Nahdlatul Ulama (NU) itu, menjadi biang keladi pembakaran kalimat tauhid. Seharusnya, menurut Hamid, sikap anggota Banser tak perlu se-ekstrim itu. Sebab, bisa menimbulkan polemik dan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat. “Sikap primordial itu seharusnya sudah selesai sejak dulu. Dimana pada Sumpah Pemuda pada 28 Oktober silam, sudah menegaskan itu,” ungkapnya.
Gegabahnya aksi Banser itu, membuat pihak lain tertawa dan bangga diri melihat keadaan di masyarakat yang gaduh. Padahal, menurutnya, pihak-pihak tertentu di luar sana, tidak akan mempedulikan keadaan dan aksi tersebut. Dengan kejadian tersebut, justru menjatuhkan martabat negara Indonesia di mata para pemimpin-pemimpin negara adidaya.
“Indonesia sudah memiliki martabat yang luar biasa di hadapan banyak negara. Beberapa waktu lalu sudah dijadikan tempat pelaksanaan Asian Games dan sempat menunjukkan taringnya di kejuaraan itu. Sekarang, kejadian itu sudah terlanjur. Yang bisa dilakukan masyarakat saat ini cukup jangan terkontaminasi ataupun terprovokasi. Sehingga Indonesia tetap kondusif dan saling menghormati satu sama lain,” tandas mantan anggota DPR RI ini. (saw/saw)