Menengok Tendangan Raja Tupai, Durian Andalan Krucil

3269
Musim Durian telah tiba di Kabupaten Probolinggo. Namun tidak banyak yang tahu jika Kecamatan Krucil merupakan wilayah penghasil durian terbanyak. Andalannya adalah durian jenis Sikasur Susu atau dikenal Raja Tupai.

Muhamad C. Efendi, Probolinggo.

BERDASARKAN publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), secara keseluruhan Kabupaten Probolinggo menghasilkan 1.294 ton buah durian sepanjang tahun 2017. Ada 8 kecamatan terdapat budidaya pohon durian. Ke-delapan kecamatan itu adalah Krucil, Tiris, Lumbang, Gading, Sukapura, Pakuniran, Banyuanyar, dan Kecamatan Besuk.

Soal produktivitas, Kecamatan Krucil menempati peringkat pertama sebanyak 675 ton buah durian yang dihasilkan dari 37.861 pohon. Kemudian secara berurutan disusul Tiris 448 ton dengan 37.326 pohon, Lumbang 122 ton dengan 836 pohon. Ada Kecamatan Gading sebanyak 27 ton dengan 1.790 pohon, Sukapura 11 ton dengan 750 pohon, Pakuniran 8 ton dengan 640 pohon, Banyuanyar 2 ton dengan 16 pohon, dan Kecamatan Besuk 1 ton dengan 13 pohon.

Di Kecamatan Krucil, hampir di semua desa ada warga yang menanam pohon durian. Namun, untuk populasi yang paling banyak ada di Desa Guyangan, Pandan Laras dan Plaosan. Selain durian lokal, varian Simas, mentega dan Montong juga dibudidayakan di tempat ini. Yang menjadi andalan adalah jenis Sikasur lokal atau Sikasur Susu dengan daging berwarna putih.

“Yang paling diminati itu adalah Sikasur Susu yang masak pohon dan ada bekas gigitan tupai. Rasanya nendang, legit menggigit. Dagingnya tebal sekitar 40 persen berat buah, tidak kalah dengan montong. Hanya kalah warna saja, karena dagingnya putih. Karena itulah dinamai Raja Tupai,” kata Sekretaris Kecamatan Krucil, Sutrisno.

Oleh karena itu, pihaknya bersama dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) kecamatan setempat, melakukan penelitian. Perlakuan khusus diberikan pada pohon durian jenis Sikasur Susu. Terutama pada pokok pohon yang sudah berusia puluhan tahun. Tujuannya adalah untuk mendapatkan bibit unggul.

“Kami pun mengusulkan kepada Dinas Pertanian agar Raja Tupai ini dilepas sebagai bibit unggul. Sehingga nantinya lebih banyak dibudidayakan oleh warga. Jangan sampai mereka membudiyakan varian lain yang belum tentu unggul,” tuturnya.

Salah satu kendala untuk mempertahankan kualitas durian Krucil, menurut Sutrisno, adalah tata cara petik durian. Banyak warga memanen durian secara bersamaan ketika buah sudah dirasa tua. Bukan matang pohon atau jatuh dari pohon. “Kami bersama penyuluh pertanian sering sosialisasi kepada warga supaya mau memanen durian yang matang saja, karena harganya lebih mahal,” katanya.

Ke depan, Kecamatan Krucil akan mengemas potensi durian ini sebagai agrowisata. Nantinya digandeng dengan potensi lainnya, semisal wisata air terjun. Bisa saja, potensi buah durian di Desa Guyangan, dipadupadankan dengan wisata air terjun Guyangan yang saat ini mulai booming. “Harapannya aliran dana lebih banyak berputar di sini, karena semuanya terlibat,” tandas mantan Sekcam Gading ini.

Larisnya varian Sikasur Susu atau Raja Tupai itu, dibenarkan oleh Abdullah (45), salah satu pedagang durian. Satu pohon durian jenis Sikasur Susu dengan perkiraan buah mencapai 400 buah, berani ia beli senilai Rp 10 juta. Ia berani beli mahal karena jenis Sikasur Susu memang diburu oleh penikmat durian. Baik warga lokal maupun luar daerah.

“Nah, kalau itu yang jenis Sikasur, saya berani kulak Rp 10 juta. Buahnya bagus dan juga lebat, minimal ada 400 buah di atas sana. Biasanya kami kirim ke Surabaya, sisanya dijual di sini,” ujar warga Dusun Krajan, Desa Krucil ini, sambil menunjuk sebuah poho tak jauh dari lapaknya. (*)