Alih Fungsi Hutan Membawa Bencana

1246
Dua kali dalam setahun, wilayah Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, dilanda banjir bandang dan tanah longsor. Nyawa, harta benda dan infrastruktur hanyut terbawa arus liar. Alih fungsi hutan dituding sebagai biang keladinya.

Laporan : Sundari Adi Wardhana

WAJAH Endang (45), tertegun memandangi bagian belakang rumahnya yang habis terseret arus banjir sungai Lawang Kedaton. Dapur dan kandang hewan, beserta 2 ekor sapi ludes tak berbekas. Beruntung ia, Burianto (50), suaminya, beserta 3 orang anaknya, selamat dalam malam yang mencekam itu.

“Saya masih ingat bagaimana suara air menderu-deru lewat di samping rumah. Saat air mulai membesar, saya dan keluarga naik ke dataran yang lebih tinggi. Tak terpikirkan untuk menyelamatkan ternak, yang penting kami selamat,” tutur Endang, warga RT 11 RW 4 Dusun Kedaton, Desa Andung Biru, mengenang banjir yang hampir merenggut nyawanya itu.

Ya, Endang adalah salah satu korban bencana banjir bandang di desa tersebut. Banjir bandang dan tanah longsor pada Senin (10/12/2018) lalu itu, bukanlah yang pertama kali melanda wilayah Kecamatan Tiris. Dalam catatan wartabromo.com, daerah yang berada di lereng Pegunungan Argopuro (Hyang) ini, telah 2 kali dilanda musibah yang sama di tahun yang sama.

Baca Juga :   DAS Kedunglarangan Diproyeksi Untuk Tangani Kekeringan dan Banjir

Sebelumnya pada Kamis (1/2/2018), banjir bandang juga melandan pasca hujan berlangsung selama 9 jam, yakni sejak sekitar pukul 11.00 hingga 20.00. Akibatnya ratusan KK (kepala keluarga) terisolasi karena jembatan terbawa banjir. Di Desa Andung Biru, 50 hektare sawah yang ditanami cabai, sengon, dan padi gagal panen. Banjir juga menyebabkan longsor di Dusun Sumberkapong. Longsoran dari ketinggian 70 meter itu sampai ke halaman rumah warga. Sebab mempunyai panjang sekitar 15 meter dengan tebal 6 meter. Ada 40 rumah yang terancam dengan material longsoran.

Kemudian, infrastruktur jalan sepanjang 3 kilometer dari Dusun Kedaton hingga Dusun Lawang Kedaton tergerus air. Kerugian lainnya, empat unit motor; 65 ekor ayam; tiga lokal kamar mandi, dan tempat parkir di SDN 1 Andungbiru, hanyut terbawa arus. Satu rumah warga di Desa Andungbiru juga dilaporkan mengalami rusak berat. Sementara di Desa Tiris, 8 kandang milik warga hanyut terbawa arus.

Baca Juga :   167 Orang Meninggal di Jalan Raya

Hanya dalam rentang 10 bulan, banjir bandang dan tanah longsor kembali melanda. Ada 3 desa yang terdampak yakni Desa Andung Biru, Desa Telogo Argo dan Desa Tiris. Sebanyak 66 rumah dan bangunan dilaporkan rusak, 2 diantaranya rata dengan tanah. Kemudian jalan penghubung Desa Tlogoargo ke Jember terputus. Ada 7 jembatan rusak akibat diterjang banjir.

Tak hanya itu, 2 kakak beradik yakni Siti Munawaroh (19) dan Akbar Maulana (10), yang merupakan warga RT 14 RW 4 Dusun Lawang Kedaton meninggal dunia. Keduanya tewas setelah tertimpa tanah longsor yang mengubur rumah tempat tinggalnya.

Ada 2.788 jiwa terisolir, pasca jalan akses tertimbun longsor. Rinciannya di Dusun Krajan sebanyak 901 jiwa, Dusun Kedaton ada 749 orang, dan Dusun Lawang Kedaton sebanyak 1.138 orang.

Baca Juga :   Tak Ada Firasat, Paman Ini Akui Keponakannya Tiba-tiba Muncul Dari Dasar Sungai Gembong

“Ini banjir kiriman dari Jember, gara-gara hutan di Jember gundul. Kalau di sini tidak ada yang gundul. Saya minta di Jember (melakukan, Red) reboisasi,” kata Kepala Desa Andung Biru, Essam.

Essam menuturkan hutan gundul yang ia maksud ada di Gunung Gambir atau oleh warga Desa Andung Biru lebih dikenal dengan Gunung Malang. Daerah itu, masuk Desa Gelang, Kecamatan Sumber Waru, Kabupaten Jember. Jaraknya sekitar 7 kilometer dari Desa Andung Biru. Dalam 2 tahun terakhir, terjadi penebangan besar-besaran di daerah itu. Setelah pohon tegakan dibabat habis, lahannya ditanami dengan aneka palawija seperti jagung. Sehingga dalam satu tahun, desanya terkena bencana banjir bandang sebanyak 2 kali.