Gereja Merah, Gereja Protestan Kembaran Gereja Den Haag Belanda

3145

Probolinggo (wartabromo.com) – Ada sebuah gereja peninggalan kolonial Belanda di Kota Probolinggo. Tempat ibadah umat kristiani itu identik dengan sebuah gereja di Den Haag Belanda.

Namanya Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel yang lebih populer dengan sebutan Gereja Merah.

Gereja ini berada di jantung kota, yakni Jalan Suroyo, sebuah jalan yang padat dengan perkantoran. Bangun ini sangat mencolok dengan warna khasnya, merah menyala. Gereja ini, dibangun pada tahun 1862 yang dibuktikan dengan tulisan Gebouwd Anno 1862, di tangga masuk bagian depan gereja. Jika dihitung dari sekarang, maka usia gereja ini sudah mencapai 156 tahun.

Gereja peninggalan zaman Belanda ini, dibangun menggunakan gaya arsitektur gothic. “Yang unik, gereja ini dibangun dengan sistem bangunan yang bongkar pasang atau knock down. Warnanya yang merah, juga menjadi pembeda dengan gereja yang lain. Gereja hanya ada dua di dunia, yakni di Probolinggo dan Den Haag Belanda,” tutur Pendeta GPIB Immanuel, Ribca Yuneri Atalaka, Minggu (16/12/2018).

Baca Juga :   50% Masjid dan Musala di Kota Pasuruan Belum Bersertifikat Wakaf

Hampir semua bagian dari gereja merah terbuat dari besi dan seng. Hanya beberapa bagian saja seperti pelapis dinding yang terbuat dari kayu agar jemaat tidak merasa kepanasan. Namun kerangka bangunan yang memiliki luas 150 meter persegi dan tinggi 12 meter ini, seluruhnya terbuat dari besi yang disambungkan dengan ratusan mur dan baut.

“Dahulu, gereja ini berwarna putih. Sempat juga digunakan sebagai gudang senjata oleh penjajah Jepang. Saat itu, karena gudang senjata, maka dicat merah oleh Jepang. Sempat tudak terawat pasca Jepang kalah, sehingga kemudian diambil alih oleh bangsa pribumi. Namun akhirnya kembali menjadi tempat ibadah, setelah Indonesia merdeka,” terang Ribca.

Baca Juga :   Mobil L-300 vs Kereta, Keberadaan Seorang Korban Belum Diketahui

Warna merah itu, kemudian dipertahankan terus hingga saat ini. Selain bermakna perjuangan, warna merah juga identik dengan darah. “Dimana warna merah itu kami maknai sebagai pengorbanan kristus, atas jiwa dan raganya sebagai pengampunan,” imbuh pendeta Ribca.

Saat ini, seluruh pengurus gereja merah bersiap menyambut datangnya Hari Natal pada 25 Desember mendatang. Dengan kasih natal, diharapkan terwujudnya kedamaian dan kerukunan antar umat manusia di dunia. Nah, jika anda ingin berkunjung melihat keunikannya, silahkan datang ke Gereja Merah. (lai/saw)