Pahitnya Kue Mangrove Bikin Ketagihan

2015

Probolinggo (wartabromo.com) – Jelang pekan terakhir Ramadhan, aneka kue kering diburu umat muslim. Salah satunya kue kering berbahan dasar buah mangrove. Rasanya yang unik, renyah dan lezat membuatnya diburu konsumen untuk disajikan saat lebaran.

“Kue mangrove ini mempunyai rasa khas, yakni pahit-pahit gimana gitu. Anak-anak dan keluarga yang lain pada suka. Apalagi bentuknya sama dengan kue-kue yang di pasaran. Makanya saya setiap tahun, membeli kue ini untuk persiapan lebaran nanti,” ujar Romiyati, saat membeli di salah satu UKM kue mangrove Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Kabupaten Minggu (26/5/2019).

Ya di Desa Randutatah, ibu-ibu nelayan mengubah biji dan daun mangrove, menjadi bahan bahan baku kue. Mereka memanen biji dan daun mangrove yang berada di sekitar rumah mereka. Setelahnya, biji mangrove dilepaskan dari kulit, sementara daun mangrove dirajang kecil.

Baca Juga :   Atik CB, Crosser Cewek di Kelas 50cc Curi Perhatian Penonton

Untuk membuang racun yang terkandung, biji mangrove dicuci bersih dan direbus. Lantas kembali direndam dengan campuran garam.

“Pengetahuan ini kami dsapat secara otodidak, utamanya untuk membuang racun. Berkat beberapa ujicoba, akhirnya layak dikonsumsi,” kata Wiwit Homsiatun, ketua kelompok usaha Duta Harapan.

Setelah direbus dan berwarna hijau kecoklatan lalu dicampur dengan bahan-bahan lain. Seperti terigu, telur, bawang putih, bawang merah, garam dan mentega, sebelum akhirnya dicetak menjadi aneka kue olahan. Biji magrove diolah menjadi aneka kue kering yang mak nyus di lidah. Ada stick jeruju, kue ulat sutra, koro sembunyi, koro mangrove, kue kering sumprit dan kerupuk mangrove.

Harganya bervariasi, yakni Kerupuk dijual seharga Rp. 5.000 per bungkus, stick jeruju Rp. 8.000 per bungkus, kue ulat sutra Rp. 8.000 per bungkus, koro sembunyi Rp. 10.000 per bungkus, koro mangrove dan kue kering sumprit sebesar Rp. 15.000 per bungkus.

Baca Juga :   Hari ini, Jamaah Umroh yang Ditahan di Saudi Jalani Proses Penyidikan

Pada Ramadhan kali ini, omset penjualannya meningkat drastis. Jika pada hari-hari biasa, hanya mampu menjual 500 bungkus per bulan. Kini, belum 1 bulan saja sudah mencapai 1.000 bungkus.

“Alhamdulillah ada kenaikan pesanan. Harganya variasi tergantung produknya masing-masing, selama ramadhan meningkat pesat dari hari-hari sebelumnya. Selain harga yang murah, kue ini juga enak dan cocok untuk lebaran ini,” tandas Wiwit. (cho/saw)