Petani Kejayan Bersih-bersih Sungai hingga 10 Kilometer Demi Dapatkan Air

1845

Pasuruan (WartaBromo.com) – Musim kemarau mulai memuncak. Petani di Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan mulai kesulitan air hingga rela bersihkan sungai, dapatkan air untuk aliri sawahnya.

Aksi bersih-bersih sungai diputuskan pada Selasa (13/8/2019), setelah sejumlah petani di empat desa wilayah Kecamatan Kejayan mengalami gagal panen. Petani menyadari perlu usaha lebih agar tanaman di lahan pertaniannya mendapatkan air.

Keempat desa itu adalah Desa Kedung Pengaron, Kepuh, Lorokan, dan Desa Randugong.

Berbekal sabit dan alat sederhana lainnya, mereka memulainya pada hulu sungai yang berada di seputar sumber air Desa Kali Pucang, Kecamatan Tutur.

Berbagai ranting dan dahan coba dibersihkan. Tak luput, batu yang diperkirakan menghambat laju aliran air juga disingkirkan.

Baca Juga :   Pakde Karwo Kelimpungan, 199 Desa Krisis Air Bersih Permanen

Kegiatan gotong royong puluhan petani itu terus dilanjutkan ke Sumber air Gentong, hingga sumber air Gunung Abang, Kecamatan Kejayan. Setidaknya, sungai sepanjang 10 kilometer seharian disusuri demi mendapatkan air cukup untuk tanamannya. Aliran air sungai itupun lebih leluasa sampai kemudian saling berbagi dialirkan ke desa-desa yang mengalami kekeringan tersebut

“Sekarang tanaman kecil-kecil tak bisa tumbuh karena tak ada air,” ujar Jumadin, salah satu petani menceritakan kondisi kekeringan yang dialami.

Penegasan serupa disampaikan oleh Zamzani, Kepala Desa Kepuh. Diungkapkannya, beberapa waktu terakhir keluhan warga soal air ini, hampir saban waktu diterimanya dan memuncak tatkala beberapa petani mengaku tak mendapatkan hasil dari bercocok tanam. Sehingga diputuskanlah untuk bersama-sama mencari air ke daerah lain, meski harus menanggung beban membersihkan sungai.

Baca Juga :   BPBD Gelontor Ribuan Liter Air Bersih, Tiap Hari Bisa 4 Lokasi

“Warga kami menjerit karena gagal panen. Lah kalau bersih-bersih ini mulai dari Sumber Nyonya (Kali Pucang, Tutur), Sumber Gentong, sampai Gunung Abang,” terang Zamzani.

Diungkapkan, sebenarnya petani di Kejayan bisa memanfaatkan sumur bor untuk mendapatkan air. Hanya saja cara ini cukup mahal, karena mesin pompa tentunya mengandalkan bahan bakar. Lebih-lebih pada desa yang saat ini tak memiliki sumur bor, sehingga harus mengeluarkan modal lebih besar untuk membangunnya. (ono/ono)