Warga Krejengan Manfaatkan Kotoran Sapi Sebagai Energi Alternatif

2697

Probolinggo (wartabromo.com) – Warga Desa/Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo memanfaatkan kotoran sapi sebagai energi alternatif. Warga tak mau bergantung pada elpiji dan listrik bersubsidi dari pemerintah. Selain hemat uang, lingkungan kampung bebas polusi.

Kotoran sapi itu dijadikan bahan bakar biogas dengan memanfaatkan kandungan gas metana (CH4). Caranya yakni dengan mencampur kotoran sapi dengan air dalam sebuah tandon berukuran 3 × 3 × 2 meter. Tandon beton ini dipendam dalam tanah samping kandang sapi.

Gas metana yang keluar dari proses ini, kemudian disalurkan melalui pipa kecil ke dapur warga. Semakin banyak campuran yang dimasukkan, maka semakin banyak biogas yang dihasilkan. Gas metana yang dihasilkan tinggi dengan nilai kalor berkisar antara 4.800-6.700 kkal/m3.

Baca Juga :   Dinkes Duga Sampah Medis di Sungai Kedungrejo Dari Nakes Praktik Mandiri

Biogas ini digunakan warga untuk memasak. Warga pun tak perlu membeli gas elpiji bersubsidi 3 kg. Biogas juga dijadikan sebagai sumber energi listrik, digunakan untuk lampu dan alat elektronik lainnya.

Dengan sistem komunal, satu tandon mampu dimanfaatkan oleh 5 kepala keluarga. Sehingga mampu menghemat pengeluaran uang warga. Satu KK mampu menghemat pengeluaran hingga Rp500 ribu per bulan beli untuk listrik dan elpiji.

“Manfaatnya sangat membantu kehidupan sehari-hari. Karena ada listrik dan biogas dari kotoran sapi,” tutur Siti Hulliyah, pengguna biogas.

Selain menghemat pengeluaran uang, dampak lainnya adalah lingkungan lebih sehat. Sebab, warga sebelumnya membuang kotoran sapi sembarang. “Baunya mencemari lingkungan, kalo hujan kotorannya terbawa kemana-mana. Sekarang sudah tidak bau dan kotoran sisa-sisa biogas bisa dijadikan kompos,” terang warga Dusun Motten ini.

Baca Juga :   Gerakan Tanam 1.000 Pohon di Gunung Arjuna

Tak hanya biogas, warga Desa Krejengan juga memanfaatkan sinar matahari sebagai energi alternatif. Dengan menggunakan panel surya, panas sinar matahari diubah menjadi energi listrik. Dijadikan lampu penerangan jalan desa.

“Kami mengambil kebijakan itu, karena potensi yang ada. Di desa kami, sangat banyak warga yang beternak sapi. Selama ini, polusinya menjadi problema tersendiri. Sehingga kami menggagas pemanfaat biogas dan tenaga surya sebagai energi alterntif. Dan juga mendukung kampung iklim di desa kami,” ungkap Kepala Desa Krejengan, Nurul Huda.

Saat ini, setidaknya ada 2 dusun yang memanfaatkan energi alternatif ini. Rencananya akan dikembangkan secara menyeluruh pada masa mendatang. Guna menghindari pencemaram lingkungan serta menghemat pengeluaran warga.

Baca Juga :   Limbah Medis Salah Kelola! Tunggu Sajian Khusus Kolaborasi Tempo-WartaBromo

So, jangan heran jika warga Desa Krejengan tenang-tenang saja jika ada kenaikan harga listrik dan elpiji. (saw/saw)